Oleh Rakaryan Sukarjaputra
Lebih dari itu, Angkatan Laut China pun memperingatkan Amerika Serikat (AS) agar menggeser latihan militer laut dengan Korea Selatan dari Laut Kuning karena dianggap terlalu dekat dengan wilayah kedaulatan China.
Kepala Staf Gabungan AS Admiral Mike Mullen mengatakan, perilaku agresif China atas
Sejak ekonomi China berkembang sangat pesat dan kemudian menjadikan negara komunis itu sebagai kekuatan dominan ekonomi dunia, bahkan penggerak utama ekonomi dunia pada saat ini, AS memang sangat khawatir. Kemajuan ekonomi itu akan berimbas juga pada pembangunan kekuatan militer China secara besar-besaran.
Kekhawatiran itu mulai terbukti. China yang dulu berkonsentrasi pada pembangunan pasukan darat kini semakin melebarkan sayap dengan membangun angkatan laut dan angkatan darat secara besar-besaran. Tujuan mereka adalah menjadi kekuatan laut lintas samudra (blue water navy), seperti halnya AS dan Rusia.
Akan tetapi, Admiral Mike Mullen mengungkapkan, pergeseran pembangunan kapabilitas militer China itu penuh dengan ketertutupan sehingga menimbulkan tanda tanya sekaligus kekhawatiran banyak negara.
Sebagai kekuatan ekonomi besar, wajar apabila China berkepentingan ”mengamankan” lalu lintas keluar masuk berbagai kebutuhan dan produk ekonominya. Hal serupa dilakukan AS dan Rusia. Maka, mudah dipahami apabila sebagai ”pendatang baru”, China akan menghadapi penentangan dari mereka yang sudah lebih dulu menguasai berbagai kawasan laut di dunia.
Kawasan Laut China Selatan hingga kawasan laut Nusantara di selatannya merupakan kawasan laut yang sangat vital bagi lalu lintas perdagangan dunia. Oleh karena itu, baik AS maupun China sama-sama berkepentingan atas kawasan laut tersebut.