Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Salah Kaprah Indonesia di Afsel

Kompas.com - 27/07/2010, 04:02 WIB

KOMPAS.com — Sebenarnya Afrika Selatan (Afsel), terutama Cape Town, amat dekat dengan Indonesia, baik orangnya maupun budayanya. Namun, karena kurangnya "silaturahim", rasanya menjadi amat jauh.

Secara geografis, Indonesia dan Afsel memang jauh. Menuju ke sana atau sebaliknya bisa ditempuh melalui perjalanan udara selama 23 jam. Namun, ada napas budaya yang cukup terasa di Afsel, terutama di Cape Town.

Sayangnya, orang Indonesia kurang tahu banyak tentang Cape Town atau Afsel. Sebaliknya, orang Cape Town, yang disebut Cape Malay, kurang tahu tentang Indonesia. Jika bicara soal Melayu, maka mereka kira itu hanya Malaysia.

Sebuah grup opera yang disutradarai Luqmaan Adam saat tampil di Bloemfontein membawakan lagu Indonesia yang dipopulerkan Krisdayanti, berjudul "Menghitung Hari". Namun, sang penyanyi memperkenalkannya sebagai "Malaysian song". Sebuah kesalahan yang mungkin tak mereka sadari.

Cape Town didominasi warga coloured. Mereka keturunan campuran orang Indonesia, kulit hitam, putih, India, dan lainnya. Mereka itulah yang disebut Cape Malay. Saat ini, di Cape Town diperkirakan ada 160.000 warga Cape Malay.

Sebagian besar dari mereka keturunan para budak yang didatangkan VOC pada abad ke-17. Cape Malay menjadi sebutan karena keturunan dari Melayu sangat kuat.

Dirunut ke belakang, jumlah budak yang dibawa VOC ke Cape Town sebesar 31,47 persen. Jumlah ini adalah jumlah terbesar kedua setelah India (36,30 persen) yang kini keturunan mereka lebih banyak tinggal di Natal. Adapun budak dari Malaysia hanya 0,49 persen.

Hanya, waktu itu belum ada negara serta nama Malaysia dan Indonesia. Orang Indonesia juga disebut Malay (Melayu). Dan, nama Malay itu bertahan sampai sekarang, meski Nusantara sudah merdeka dan memakai nama Indonesia.

Wajar saja jika kemudian semua yang berkaitan dengan Melayu atau Indonesia disebut Malay. Ketika ada orang Indonesia ke Afsel pun mereka sering disapa sebagai orang Malaysia.

Indonesia dan Afsel sebenarnya sudah melakukan hubungan erat sejak 1994. Namun, tampaknya silaturahim budaya kurang banyak terjadi. Dengan demikian, banyak warga Cape Malay awam yang kurang tahu banyak tentang Indonesia. Bahkan, ada yang mengira Indonesia bagian dari Malaysia. Pasalnya, mereka hanya tahu bahwa negara Asia Tenggara adalah Malay.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com