Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Pilkada, Uang Palsu Melonjak

Kompas.com - 04/06/2010, 16:54 WIB

Semarang, Kompas - Pelaksanaan pemilihan kepala daerah di wilayah Semarang dan sekitarnya berpengaruh terhadap melonjaknya temuan peredaran uang palsu di wilayah tersebut. Hingga bulan Mei 2010, Bank Indonesia Semarang mencatat sebanyak Rp 115.828.500 uang palsu beredar di masyarakat Jawa Tengah.

Peredaran uang palsu terjadi di wilayah kerja Bank Indonesia (BI) yang meliputi eks-Karesidenan Semarang, Kedu, dan Pati.

Kepala Bidang Sistem Pembayaran BI Semarang Tatung Taufik, Kamis (3/6), di Semarang, menyebutkan dalam kurun waktu lima bulan terakhir ada kecenderungan kenaikan uang palsu dari bulan ke bulan.

Pada bulan Januari 2010, BI menemukan Rp 115.828.000 uang palsu, Februari Rp 20.470.000, Maret Rp 20.741.000, April Rp 28.742.500, dan Mei Rp 32.860.000. Tren kenaikan tersebut diperkirakan terkait dengan maraknya pilkada dalam dua bulan terakhir.

"Pesta demokrasi selalu ada kecenderungan uang palsu meningkat. Banyak orang yang mengeluarkan dana. Lalu orang-orang yang tak bertanggung jawab ikut di situ," kata Tatung.

Kendati tren meningkat, pengedaran uang palsu tersebut dinilai tak bermotif politik, tetapi lebih pada motif ekonomi yang memanfaatkan situasi pilkada.

Tren seperti ini pernah terjadi saat Pemilihan Umum 2004 lalu, ada Rp 437.100.000 uang palsu beredar atau naik drastis dari tahun 2003 yang sebanyak Rp 133.360.000.

"Uang kertas yang paling banyak dipalsukan adalah pecahan Rp 100.000 dan Rp 50.000. Disusul pecahan Rp 20.000, Rp 10.000, dan Rp 5.000," kata Tatung. 

Diduga masih banyak

Uang palsu diketahui dari uang yang disetorkan ke BI dari perbankan atau melalui penukaran uang masyarakat. Diperkirakan masih banyak uang palsu yang beredar di masyarakat namun jumlahnya tak diketahui.

Modus yang digunakan pelaku peredaran uang palsu, yakni transaksi pada saat menjelang sore hari, dilakukan orang-orang tak dikenal, dan dilakukan dengan cepat.

Uang palsu umumnya dapat dideteksi secara fisik tanpa dengan alat tertentu, dengan metode diraba, dilihat, dan diterawang. Namun, seiring kemajuan teknologi, banyak uang palsu yang dibuat sangat mirip dengan aslinya. Bahkan, tak jarang uang palsu tertentu lolos alat deteksi dari perbankan.

"Tapi kami di BI memiliki teknologi yang sudah memadai untuk menentukan asli tidaknya. Jadi, sejauh ini selalu dapat terdeteksi," kata Tatung. (HAN)

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com