Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pers Jangan Terprovokasi!

Kompas.com - 20/05/2010, 15:03 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Bergulirnya kembali wacana Rancangan Peraturan Menteri (RPM) Konten Multimedia kembali mendapat tentangan, termasuk dari kalangan pers. Namun, Menteri Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring meminta agar pers jangan mudah terprovokasi.

"Pers jangan terprovokasi karena RPM Konten sama sekali tidak mengatur kebebasan pers. Pers sudah diatur dengan undang-undang pers," ungkapnya, Kamis (20/5/2010) di Kemenkominfo, Jakarta.

Menkominfo juga menegaskan bahwa dalam RPM Konten sama sekali tidak ada kata "pers". Lalu, mengenai pihak-pihak yang memprotes RPM Konten ini, Menkominfo berujar, "Jangan keberatan-keberatan saja, coba konkret disampaikan secara tertulis, jangan diskusi-diskusi saja."

Ia menilai pembahasan RPM Konten ini sudah melibatkan masyarakat. "Kalau ada yang keberatan, ajukan saja. Kita sangat menerima masukan dalam uji publik ini," ungkap pria kelahiran Bukittinggi tersebut.

Sebelumnya, Dewan Pers menolak adanya aturan dalam RPM Konten Multimedia tersebut. Peraturan yang mengatur konten tersebut dinilai dapat membatasi kebebasan pers. Mengenai konten mana yang dilarang, RPM Konten menyerahkan wewenang kepada sebuah Tim Konten Multimedia yang beranggotakan 30 orang.

Dari jumlah tersebut, separuhnya berasal dari unsur pemerintah, sisanya dari unsur masyarakat yang berkualifikasi ahli atau profesional yang dipimpin oleh direktorat jenderal terkait.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggapi Isu 'Presidential Club', PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Tanggapi Isu "Presidential Club", PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Nasional
Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Nasional
Golkar: 'Presidential Club' Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Golkar: "Presidential Club" Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Nasional
Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Nasional
Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Nasional
Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di 'Presidential Club'

Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di "Presidential Club"

Nasional
Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk 'Presidential Club', Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk "Presidential Club", Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Nasional
Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Nasional
Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Nasional
Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Nasional
'Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya'

"Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya"

Nasional
Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Nasional
Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Nasional
Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Nasional
Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin:  Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin: Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com