Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Papi Luar Biasa Penghuni Baru Downing Street 10

Kompas.com - 12/05/2010, 12:20 WIB

"Ivan anak yang luar biasa," suara David Cameron menggetarkan banyak hati yang bersimpati bahkan antipati kepadanya.

Ivan, anak pertama sekaligus bocah yang digadang-gadang Cameron dan istrinya Samantha Sheffield, nyatanya mati muda. "Kami bahkan tak menyangka dia mati muda, meninggalkan kami begitu cepatnya," kata Cameron yang merasa ada yang terpaksa terampas dari hidupnya.

Ivan, andai masih hidup, bakal genap berusia tujuh tahun pada 2010. Terlahir dengan kondisi cerebral palsy atau cacat lantaran gangguan motorik sebagai akibat adanya kelainan pada saraf otak, Ivan pun masih mengidap epilepsi. "Kematiannya menyisakan lubang besar dalam hidup kami. Bahkan kata-kata tak cukup untuk melukiskannya," begitu ungkapan David Cameron usai mengantar buah hatinya itu ke peristirahatan terakhir.

Davdi Cameron, anak seorang pialang saham Ian Donald Cameron, memang bukan sekadar asal ucap. Beberapa momen menunjukkan, ia tampak memberi perhatian penuh kepada Ivan. "Dalam benakku, masih terbayang waktu menemaninya saat tidur, mandi, dan makan," kenang Cameron sebagaimana dikutip dari berbagai media massa  seperti The Sun dan Daily Mail.

Pada sisi lain, memang, kematian Ivan nyatanya berbuah dukungan luar biasa bagi Cameron, berikut kariernya tentunya. Makanya, dalam waktu relatif singkat, Cameron beranjak dari kegelapan duka cita. Ia pun mengirimkan ucapan terima kasih kepada berbagai kalangan yang banyak memberikan perhatian dan dukungan. Banyak kalangan memberikan pujian kalau Cameron yang berbekal pengalaman hidup tak terlupakan bersama Ivan adalah ayah yang luar biasa pula, sama dengan mendiang di alam sana.

Bernama lengkap David William Donald Cameron, pria kelahiran London pada 9 Oktober 1966 termasuk golongan anak paling cerdas. Usai menunaikan pendidikan di Eton, Cameron berangkat belajar ke  Brasenose College, Oxford. Profesor Vernon Bogdanor yang tak lain adalah mantan gurunya di Oxford berkomentar, Cameron adalah mahasiswa paling cerdas. Lulus pada 1988, Cameron menggenggam nilai sangat memuaskan dalam bidang filsafat, politik, dan ekonomi.

Sebagai lazimnya anak Inggris keturunan darah biru, Cameron memang akhirnya memasuki dunia politik di Partai Konservatif. Pada 1988 hingga 1992, Cameron bekerja untuk Departemen Penelitian Konservatif.

Selanjutnya, dua hari dalam seminggu ia menggunakan waktunya untuk membantu di kantor perdana menteri di Downing Street. Setelah pemilihan umum, ia menjadi Penasihat Khusus pada pemerintahan Konservatif, pertama-tama di kantor Bendahara, dan kemudian di kantor Departemen Dalam Negeri ketika ia bekerja untuk Michael Howard.

Pada babak berikutnya, dalam rentang 1994 dan 2001, Cameron menjadi salah seorang direktur di sebuah kantor swasta, Carlton Communications. Lalu, sampai dengan Agustus 2005, ia menjadi direktur non-eksekutif di sebuah perusahaan yang mengelola waralaba bar, Tiger Tiger.

Cameron pertama kali berupaya duduk di parlemen sebagai kandidat Partai Konservatif untuk Stafford pada pemilu 1997. Sayangnya, dalam kesempatan itu, ia kalah bersaing dengan kandidat dari Partai Buruh David Kidney.

Empat tahun kemudian, pada 2001, Cameron yang saat ini tengah menantikan kelahiran anak ketiganya itu, terpilih sebagai kandidat Konservatif untuk Witney. Kala itu, Cameron menggantikan bekas anggota parlemen Konservatif, Shaun Woodward yang justru hengkang ke Partai Buruh.

Prestasi paling prestisiusnya terlihat dari kemenangannya untuk kursi Partai Konservatif. Pada 2001, ia mengantongi 22.153 suara atau 45 persen. Angka ini juga menunjukkan kelebihan suara 7.973.

Selanjutnya, pada pemilu 2005 suara yang dikantonginya bertambah hingga 26.571 atau unggul 49,30 persen, kelebihan 14.156 suara.

Kini, Cameron menjadi penghuni baru Downing Street 10, Perdana Menteri Inggris. Meski sejatinya, masih diperlukan semangat dari si papi luar biasa ini untuk membawa Inggris ke arah lebih baik. Soalnya, Partai Konservatif yang sukses mengalahkan seterunya, Partai Buruh, ternyata tak punya cukup kaki untuk berjalan sendiri. Hasil pemilu menunjukkan, Partai Konservatif mesti menggandeng mitra, dalam hal ini Partai Demokrat Liberal, sesuai konstitusi untuk menjadi penggerak pemerintahan Inggris.   

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com