Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

60 Tahun Hubungan RI-China

Kompas.com - 13/04/2010, 03:23 WIB

Perjalanan hubungan diplomatik Indonesia dan China pada hari ini tepat berusia 60 tahun. Pada budaya China, peringatan ke-60 merupakan sebuah siklus besar dan penting. Jadi, tidak heran jika peringatan kali ini ditandai dengan beberapa kejadian penting.

Salah satunya adalah kunjungan Perdana Menteri Wen Jiabao ke Jakarta, pekan depan. ”Pada kunjungan PM Wen akan ditandatangani beberapa kesepakatan kerja sama penting,” jelas Duta Besar China untuk Indonesia Zhang Qiyue di Jakarta akhir pekan lalu.

Dia mengatakan, kerja sama itu meliputi ekonomi, seperti pembangunan proyek, hingga kerja sama budaya, seperti pendirian pusat pengajaran bahasa Mandarin di beberapa universitas. ”Hubungan kedua negara perlu ditingkatkan. Kami akan mengusulkan hubungan orang ke orang (people to people). Akan ada pertukaran pelajar, kunjungan wisatawan, bahkan kunjungan wartawan dari kedua negara,” kata mantan juru bicara Kementerian Luar Negeri China itu.

Zhang mengatakan, Wen akan didampingi beberapa menteri serta para pengusaha China agar dapat melihat sendiri bagaimana keadaan Indonesia. Semakin banyak warga kedua negara saling berkunjung akan tumbuh saling pengertian.

Dia mengakui, sempat terputusnya hubungan diplomatik kedua negara akibat dari situasi geopolitik ketika itu, yaitu Perang Dingin. ”Sebaiknya kita tidak memandang ke belakang, tetapi ke depan,” katanya.

Posisi Indonesia penting bagi China, antara lain karena kedua negara dapat menjalin kerja sama yang erat dalam mengeluarkan isu penting, seperti perubahan iklim. Keduanya sama- sama anggota G-20, termasuk dalam ASEAN plus 3 dan organisasi perdagangan WTO.

Ketika ditanya soal Kawasan Perdagangan Bebas-China ASEAN (ACFTA), Zhang mengatakan, sebenarnya ACFTA merupakan peluang besar bagi Indonesia untuk dapat lebih berkembang.

Memang ada industri yang pada awalnya akan terpukul seperti industri tekstil. ”China bukanlah pangsa pasar terbesar ekspor tekstil Indonesia. Pasar terbesar sebenarnya adalah AS dan Eropa,” ujar Zhang. Menurut dia, permintaan dari pasar AS dan Eropa menurun karena imbas krisis global. Industri tekstil harus berbenah dengan membeli mesin-mesin baru dan lebih produktif lagi.

Lebih banyaknya produk China yang masuk dibandingkan dengan pengusaha China yang membangun pabrik di Indonesia, menurut dia, lebih karena belum pahamnya para pengusaha China terhadap keadaan dan potensi di Indonesia.

”Hingga saat ini memang belum banyak perusahaan China yang membangun pabrik di sini, tetapi percayalah, kecenderungannya akan semakin banyak pengusaha yang tertarik ke Indonesia. Pasar yang menarik ini masih jauh dari radar perusahaan China,” katanya.

Informasi umum yang ditangkap warga China, antara lain mengenai bencana alam dan kerusuhan yang ada di Indonesia.

Faktor lain adalah dari internal mereka sendiri. Perekonomian China baru berkembang pesat dalam 30 tahun terakhir. Budaya ekspansi ke luar negeri bagi perusahaan China juga merupakan sesuatu yang baru. ”Memang diperlukan waktu untuk membangun pasar. Lama-kelamaan akan banyak juga perusahaan yang datang ke Indonesia,” katanya lagi.

Secara umum, sudah bertahun-tahun pada perdagangan antara China dan ASEAN, China mengalami defisit. Barulah dalam dua tahun terakhir China mengalami surplus perdagangan dengan ASEAN.

Dapat saling belajar

Sementara itu, pemerhati Indonesia dari lembaga think thank terbesar China, Chinese Academy of Social Sciences Xu Liping, dalam kesempatan terpisah juga mengatakan, Indonesia dan China memiliki latar belakang sejarah dan budaya yang sangat kental.

”Kedua negara dapat saling belajar satu sama lain,” katanya. China, menurutnya, dapat belajar dari Indonesia mengenai bagaimana mengelola berbagai macam suku, kelompok, dan kepentingan dalam iklim demokratis.

Adapun Indonesia juga dapat belajar dari China mengenai pemberantasan korupsi meski, diakui oleh Xu, mekanisme pemberantasan korupsi di China masih mencari bentuk. ”Ada dua lembaga penting yang berperan dalam pemberantasan korupsi di China, yaitu partai dan pemerintah,” katanya.

China tidak segan-segan menjatuhkan hukuman mati kepada koruptor yang terbukti korupsi. Cara seperti itu sudah sangat cukup menjadi terapi kejut bagi orang lain sehingga dapat meredam tindakan korupsi.

Lebih intensif

Jusuf Wanandi dari CSIS mengatakan, walaupun kedua negara sudah membuka banyak dialog dan kerja sama global, lebih banyak lagi pekerjaan rumah bagi kedua negara.

”ASEAN+3 dapat menjadi wadah yang sangat bermanfaat bagi pertukaran ide dan sosialisasi isu serta kebijakan terhadap warga di kedua kawasan. Selain itu, wadah itu juga dapat ditingkatkan menjadi kerja sama untuk membantu satu sama lain dalam membangun ekonomi di masing-masing kawasan,” ujarnya.

Kerja sama Indonesia-China juga penting bagi institusi regional di kawasan Asia Timur seperti ASEAN+3 dan East Asia Summit. ”Khususnya EAS, akan menjadi institusi penting untuk dialog-dialog strategis. Wadah itu akan membantu peningkatan kerja sama antara China dan AS yang sangat kritikal untuk kedamaian, stabilitas, dan pembangunan di masa yang akan datang,” ujar Wanandi.

AS-China

Wanandi mengatakan, China merupakan negara yang besar dalam semua hal. Apa saja yang dilakukan akan berdampak besar terhadap negara lain di kawasan tersebut. ”Untuk memahami bahwa China tidak memiliki ambisi untuk peran hegemoni di Asia Timur dan China akan melakukan soft power, merupakan hal penting yang harus dipahami. Saya yakin bahwa China hendak menjaga perdamaian dunia,” tambah Wanandi.

Wanandi juga mengatakan, hubungan antara China dan AS dapat memengaruhi keadaan di negara sekitarnya.

”Penting untuk memahami hubungan antara China dan AS,” katanya.

Menurut dia, AS harus mau berbagi kekuasaan dengan China di kawasan ini dan bekerja sama dengan China. Ada alasan kuat mengapa kedua negara besar itu lebih baik bekerja sama dibandingkan dengan berseberangan satu sama lain.

”Mereka harus bekerja sama dalam hal penting, dalam mengatasi krisis global, dan membuat pertumbuhan global tetap terjaga, mitigasi soal iklim mendukung ketahanan energi, serta meyakinkan diteruskannya perlucutan nuklir,” ujarnya. (joe)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com