Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gus Dur Tidak Butuhkan Titel

Kompas.com - 06/01/2010, 05:36 WIB
 

JAKARTA, KOMPAS.com - Penghormatan terbesar bagi almarhum KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur bukan dengan penganugerahan berbagai titel prestisius. Berjuang untuk rakyat, berani membela yang tertindas dan terpinggirkan, serta menghargai kemanusiaan dan perdamaian seperti yang dilakukan Gus Dur adalah penghargaan terbesar.

Hal itu dikatakan putri ketiga Gus Dur, Anita Hayatunnufus, pada peringatan tujuh hari meninggalnya Gus Dur di Ciganjur, Jakarta, Selasa (5/1/2010). Hadir dalam acara itu, antara lain, ribuan warga, ulama, mantan Wakil Presiden M Jusuf Kalla, Ketua DPR Marzuki Alie, dan Duta Besar Kerajaan Belanda untuk Indonesia Nikolaos van Dam.

Warga yang hadir memenuhi halaman kediaman Gus Dur, Pesantren Ciganjur, dan Masjid Al Munawwaroh. Mereka duduk bersila bersama, tanpa dibedakan pangkat dan status sosialnya.

Peringatan dan tahlilan mengenang tujuh hari wafatnya Gus Dur juga dilangsungkan di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, Selasa. Sejak pukul 15.00, ribuan orang datang dengan beragam kendaraan dan memacetkan akses jalan menuju pondok pesantren itu.

Dalam pesantren, petugas berulang kali berupaya menertibkan pengunjung yang hendak mendekati makam Gus Dur. Dua layar besar memproyeksikan tahlilan di Maqbarah (Pemakaman) Tebuireng dipasang di dua titik dalam pesantren. Televisi juga dipasang dalam Masjid Kasepuhan Tebuireng.

Doa bersama digelar pula di sejumlah daerah, seperti di Semarang (Jawa Tengah) dan Cirebon (Jawa Barat). Doa itu dilakukan secara lintas agama dan suku, termasuk yang dilakukan oleh warga minoritas.

Bukan hanya keluarga

Menurut Anita, keluarga menyadari Gus Dur bukan hanya milik keluarga, tetapi juga milik masyarakat dan bangsa. Masyarakat merasa kehilangan yang sama seperti keluarga. Kecintaan masyarakat kepada Gus Dur bukan karena harta atau jabatannya, tetapi karena kecintaan dan keikhlasannya berjuang untuk umat manusia, perdamaian, dan kaum minoritas yang tertindas.

”Sikap itu yang membuat ketika Bapak (Gus Dur) diturunkan dari Presiden menjadi bukan hal yang sulit. Gus Dur berjuang untuk rakyat. Bukan untuk jabatan,” katanya.

Meninggalnya Gus Dur, lanjut Anita, menegaskan bahwa berbagai persoalan bangsa tak bisa dibebankan kepada Gus Dur saja. Sekarang seluruh elemen bangsa harus menanggung bersama berbagai persoalan bangsa.

Peringatan tujuh hari meninggalnya Gus Dur juga diwarnai testimoni dari mereka yang dekat dengan Gus Dur, termasuk Jusuf Kalla, dan doa lintas agama.

Budayawan Emha Ainun Nadjib (Cak Nun), yang memimpin shalawat dan memberi taushiyah soal Gus Dur di Jombang, berulang kali menyebutkan betapa bangga Indonesia memiliki Gus Dur. Cak Nun tampil pada pukul 16.00 dan pukul 21.00.

Sambutan keluarga dibacakan Pengasuh Ponpes Tebuireng KH Salahuddin Wahid (Gus Solah) dan putri kedua Gus Dur, Zannuba Arifah C (Yenny Wahid). Cak Nun berulang kali menyatakan kagum soal jumlah orang yang melepas kepergian Gus Dur. (ILO/NIT/INK/MZW)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jokowi Akan Resmikan Bendungan dan Panen Jagung di NTB Hari ini

Jokowi Akan Resmikan Bendungan dan Panen Jagung di NTB Hari ini

Nasional
Meski Isyaratkan Merapat ke KIM, Cak Imin Tetap Ingin Mendebat Prabowo soal 'Food Estate'

Meski Isyaratkan Merapat ke KIM, Cak Imin Tetap Ingin Mendebat Prabowo soal "Food Estate"

Nasional
Setelah Jokowi Tak Lagi Dianggap sebagai Kader PDI-P...

Setelah Jokowi Tak Lagi Dianggap sebagai Kader PDI-P...

Nasional
Pengertian Lembaga Sosial Desa dan Jenisnya

Pengertian Lembaga Sosial Desa dan Jenisnya

Nasional
Prediksi soal Kabinet Prabowo-Gibran: Menteri Triumvirat Tak Diberi ke Parpol

Prediksi soal Kabinet Prabowo-Gibran: Menteri Triumvirat Tak Diberi ke Parpol

Nasional
Jokowi Dianggap Jadi Tembok Tebal yang Halangi PDI-P ke Prabowo, Gerindra Bantah

Jokowi Dianggap Jadi Tembok Tebal yang Halangi PDI-P ke Prabowo, Gerindra Bantah

Nasional
Soal Kemungkinan Ajak Megawati Susun Kabinet, TKN: Pak Prabowo dan Mas Gibran Tahu yang Terbaik

Soal Kemungkinan Ajak Megawati Susun Kabinet, TKN: Pak Prabowo dan Mas Gibran Tahu yang Terbaik

Nasional
PKS Siap Gabung, Gerindra Tegaskan Prabowo Selalu Buka Pintu

PKS Siap Gabung, Gerindra Tegaskan Prabowo Selalu Buka Pintu

Nasional
PKB Jaring Bakal Calon Kepala Daerah untuk Pilkada 2024, Salah Satunya Edy Rahmayadi

PKB Jaring Bakal Calon Kepala Daerah untuk Pilkada 2024, Salah Satunya Edy Rahmayadi

Nasional
Saat Cak Imin Berkelakar soal Hanif Dhakiri Jadi Menteri di Kabinet Prabowo...

Saat Cak Imin Berkelakar soal Hanif Dhakiri Jadi Menteri di Kabinet Prabowo...

Nasional
Prabowo Ngaku Disiapkan Jadi Penerus, TKN Bantah Jokowi Cawe-cawe

Prabowo Ngaku Disiapkan Jadi Penerus, TKN Bantah Jokowi Cawe-cawe

Nasional
Orang Dekat Prabowo-Jokowi Diprediksi Isi Kabinet: Sjafrie Sjamsoeddin, Dasco, dan Maruarar Sirait

Orang Dekat Prabowo-Jokowi Diprediksi Isi Kabinet: Sjafrie Sjamsoeddin, Dasco, dan Maruarar Sirait

Nasional
Prabowo Diisukan Akan Nikahi Mertua Kaesang, Jubir Bilang 'Hoaks'

Prabowo Diisukan Akan Nikahi Mertua Kaesang, Jubir Bilang "Hoaks"

Nasional
Momen Jokowi dan Menteri Basuki Santap Mie Gacoan, Mentok 'Kepedasan' di Level 2

Momen Jokowi dan Menteri Basuki Santap Mie Gacoan, Mentok "Kepedasan" di Level 2

Nasional
Ditolak Partai Gelora Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Jangan Terprovokasi

Ditolak Partai Gelora Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Jangan Terprovokasi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com