JAKARTA, KOMPAS.com - Isu terakhir terorisme di Indonesia membuat banyak masyarakat kaget tidak percaya. Karena 3 orang yang diduga terlibat dengan 2 teroris yang tewas di Ciputat, adalah anak muda yang dikenal baik dan pintar dalam bidang akademis. Apakah ada peran pendidikan dalam terorisme? "Pedidikan berkontribusi tapi tidak menjadi pemicu," kata Trihadi Saptoadi, Direktur World Vision Indonesia, dalam sela-sela dialog di Jakarta, Jumat (16/10).
Menurutnya ada 3 faktor terbentuknya terorisme. Pertama, para (calon) teroris mendapat pendidikan yang salah. Mereka didoktrin bahwa merekalah yang paling benar sedangkan yang lain salah. Perbedaan dan keanekaragaman adalah ancaman. "Ini bisa menjadi bubit," ucap Trihadi.
Kedua, mereka yang terlibat dengan terorisme pasti pernah bergabung dengan kelompok paramiliter, yang mendewakan kekerasan. "Pada saat bergabung itu mereka diperkenalkan dengan kekerasan dan senjata," ungkapnya.
Ketiga, ada atmosfer kondusif yang mendukung. Untuk Indonesia, faktor tersebut misalnya ketidakadilan, kemiskinan, dan data base yang karut marut.
Dengan menyebut 3 faktor ini, Trihadi menegaskan bahwa terorisme bukanlah persoalan pendidikan ataupun kemiskinan. Banyak orang fundamentalis dan orang miskin di Indonesia tapi berapa yang menjadi teroris. "Maka jangan menghakimi pendidikan dan kemiskinan. Tidak mudah dari pendidikan melompat ke pembunuhan," ujarnya.
Untuk itulah, ia melanjutkan, solusinya adalah memutus ketiga faktor tersebut. Pertama, beri pendidikan yang baik, benar dan inklusif. Kedua, bubarkan semua kelompok yang menjadikan kekerasan sebagai instrumen mencapai tujuan. "Bentuk-bentuk laskar tidak boleh ada, walaupun hanya bersenjata pentungan," tuturnya.
Terakhir, pemerintah dan seluruh masyarakat bersikeras untuk membangun kesejahteraan rakyat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.