Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jangan Sampai Komodo Juga Diklaim Malaysia!

Kompas.com - 01/09/2009, 15:01 WIB

Kepala Pusat Penelitian Hak Kekayaan Intelektual Universitas Nusa Cendana (Undana) di Kupang Piet Elias Jemadu juga mengingatkan agar semua bupati di NTT segera melakukan perlindungan seni budaya daerahnya. Sebagai langkah awal, hal itu dapat dilakukan lewat surat keputusan (SK) bupati atau peraturan daerah (perda).

NTT juga memiliki seni budaya yang besar. Dari 20 kabupaten yang ada, di dalamnya terdapat 66 etnis. Oleh karena itu, masing-masing bupati perlu menginventariskan, baik seni tari, seni lagu, seni musik, seni tenun ikat, maupun cerita rakyat yang mengandung kekayaan intelektual sangat tinggi. "Kelemahan di NTT sampai sekarang, seni budaya daerah belum terdokumentasi dengan baik," kata Piet.

Dia mencontohkan antara lain tarian Jai dari Kabupaten Ngada, Flores, yang sering dipentaskan di dalam event internasional di luar negeri, salah satunya di Australia. Selain itu, tari Rokatenda asal Kabupaten Ende, Flores, juga seni tari Pasola dari Sumba Barat.

Namun di sisi lain, Kepala Puslit HKI Undana itu juga mengemukakan, salah satu kendala lambatnya proses perlindungan hak cipta intelektual menyangkut seni budaya dari NTT adalah birokasi yang panjang, yang tersentral di Jakarta.

Menurut dia, dengan kebijakan nasional, semestinya di tiap kabupaten terdapat sentra HAKI. Pendaftaran atau pengajuan hak kekayaan intelektual cukup di tingkat provinsi.

Yang tak kalah penting, Piet juga mengingatkan agar seni tari tradisional Likurai di kawasan Pulau Timor bagian barat segera dipatenkan.

"Namun, berhubung kawasan itu juga berbatasan dengan negara Timor Leste, maka seni tari ini merupakan milik bersama, yaitu 4 kabupaten di Timor Barat, seperti Belu, TTU (Timor Tengah Utara), TTS (Timor Tengah Selatan), Kupang, dan Timor Leste. Dengan demikian, untuk perlindungannya perlu dibuat nota kesepahaman bersama dengan pihak Timor Leste. Prosesnya harus melibatkan Departemen Luar Negeri," kata Piet.

Di balik mencuatnya kembali kehebohan klaim Malaysia soal tari pendet, yang membuat mata Indonesia terbelalak, nampaknya kita juga patut berterima kasih kepada Malaysia. Sebab, negara tetangga ini secara tidak langsung telah mengingatkan bahwa seni budaya Indonesia amat luar biasa, tetapi apresiasinya rendah.

Mumpung belum terlambat, sekarang saatnya melindungi seni budaya Indonesia dengan segala daya upaya demi kehormatan dan harga diri bangsa. (SEM)   

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com