Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kata Orang..., Mereka "Taliban"

Kompas.com - 30/07/2009, 00:35 WIB

LAGOS, KOMPAS.com - Nama Boko Haram mencuat pascainsiden berdarah di Nigeria sejak Minggu (26/7). Disebut-sebut, sejak muncul pada 2005, kelompok ini dikenal sebagai "Taliban". Meski, mereka tampaknya tidak memiliki kaitan dengan Taliban di Afghanistan.

Sebagian analis yakin mereka mendapat ilham dari orang-orang berhaluan radikal di Afganistan. Lalu. sebagian lain mengatakan "Taliban" itu lebih tepat merupakan istilah untuk menertawakan yang dipergunakan oleh warga di Maiduguri, kawasan tempat mereka aktif.

Boko Haram berarti "pendidikan Barat adalah dosa". Sejatinya, penamaan ini pun bentuk julukan lain yang dipergunakan warga setempat untuk menyebut kelompok tersebut.

Isa Sanusi, dari Siaran Bahasa Hausa BBC, mengatakan, kelompok tersebut tidak memiliki nama tertentu untuk menyebut dirinya, hanya banyak nama yang dikait-kaitkan dengan kelompok tersebut oleh warga setempat.

Namun, meski nama mereka tidak jelas, misi mereka tampak cukup jelas yakni menumbangkan negara Nigeria, menerapkan interpretasi ekstrem atas hukum Islam dan menghapuskan praktik yang mereka sebut "pendidikan gaya Barat".

Berpendidikan tinggi

Dalam wawancara dengan BBC, pemimpin kelompok tersebut, Mohammed Yusuf, mengatakan pendidikan Barat "menyia-nyiakan keimanan kepada Tuhan yang Esa".

"Ada penceramah islam terkemuka yang telah menyaksikan dan memahami bahwa pendidikan gaya Barat dicampuradukkan dengan masalah-masalah yang bertentangan dengan iman kami dalam Islam," kata Yusuf.

"Seperti hujan. Kami yakin (hujan) itu ciptaaan Tuhan bukan penguapan yang ditimbulkan oleh matahari yang mengalami kondensasi dan menjadi hujan," tambahnya.

"Seperti menyatakan dunia itu bulat. Jika itu bertentangan dengan ajaran Allah, kami menolaknya. Kami juga menolak teori Darwin," ujarnya.

Yusuf sendiri adalah sosok penuh teka-teki. Dia diyakini berusia pertengahan tiga puluhan, dan para analis mengatakan, dia sangat kaya dan berpendidikan tinggi. "Dia sarjana dan sangat mahir berbahasa Inggris," kata cendekiawan Nigeria Hussain Zakaria.

"Dia hidup mewah - orang mengatakan dia mengendari Mercedes Benz. Dan, dia sangat terdidik dalam konteks Barat," ujarnya.

'Sudah diperkirakan'

Meski kerahasian menyelimuti kelompok Nigeria ini, banyak orang di Nigeria mengatakan, serangan-serangan tidak mengejutkan.

Mannir Dan Ali, wartawan koran Trust di Abuja, mengatakan, sebuah insiden kecil terjadi awal Juni. Jadilah, peristiwa itu memicu serangkaian pernyataan dari kelompok tersebut yang mengancam akan membalas.

"Seluruh situasi ini tampaknya kelalaian intelijen, kelalaian aparat keamanan untuk bertindak sebelum masalah mencapai titik yang tercapai sekarang," kata Ali.

"Kami secara harafiah bisa melihat itu terjadi beberapa pekan lalu," katanya.

Aparat keamanan dikecam di mana-mana atas sikap yang dipandang sebagai bentuk kesembronoan dalam memantau kelompok tersebut.

Anggota Boko Haram umumnya berasal dari kalangan pemuda patah arang, termasuk mahasiswa dan sarjanha pengangguran.

Amenu Abu Bakka, wartawan yang meliput kawasan untuk kantor berita AFP, mengatakan, banyak orang yakin aparat berwenang enggan untuk menangani orang-orang militan, sebab sebagian dari mereka berasal dari keluarga kaya yang memiliki hubungan dengan pejabat pemerintahan.

"Orang-orang yakin pemerintah tidak ingin menindak orang-orang ini, sebab orang tua mereka akan marah," tambahnya.

Kini, (kelompok) ini menjadi monster, pemerintah telah menyadari telah membuat kekeliruan dan lebih dini mereka menangani orang-orang ini, lebih baik," kata Abu Bakka.

Dukungan 'menyusut'

Perselisihan tetap mengemuka soal seberapa besar ancaman yang ditimbulkan kelompok ini, dan cara menanganginya.

Juru bicara kementerian penerangan Sunday Dare menyatakan, dukungan bagi orang-orang militan tersebut menyusut.

"Kami hidup di negara tempat orang cukup terpelajar dan saya rasa rasa masyarakat senang untuk mengambil keputusan mereka mengenai pendidikan Barat, atau lainnya dan bagaimana itu melunturkan nilai-nilai mereka," katanya.

"Saya tidak melihat barisan mereka membesar," tambahnya.

Sementara itu, Patrick Wilmot, mantan dosen di sebuah perguruan tinggi di Jos, mengatakan, arus utama warga Muslim memandang orang-orang yang dijuluki Taliban itu "sinting".

"Mereka tidak perlu dianggap seserius itu, mereka hanya perlu dipantau," tambah Wilmot.

Wartawan BBC Caroline Duffield di Lagos mengatakan, anggota kelompok tersebut memisahkan diri dari warga masyarakat lain.

Dia mengatakan, pernah terjadi insiden-insiden warga lokal mencegah mereka menggelar pertemuan di masjid dan tidak banyak warga masyarakat mendukung pandangan mereka.

Namun, merebaknya tindak kekerasan memicu kekhawatiran nyata di seluruh Nigeria.

Lebih dari 100 orang terbunuh, sementara gelombang kerusuhan menyebar dari kota Buchi pada Minggu ke negara bagian Borno, Yobe dan Kano pada hari berikutnya.

Ironisnya, tidak seorang pun tahu seberapa besar ancaman yang ditimbulkan oleh mereka yang dijuluki Taliban, seberapa besar jumlah anggotanya, atau apa langkah berikutnya yang mereka mungkin tempuh.

 

 

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com