Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Michael Jackson, Islam dan Timur Tengah

Kompas.com - 08/07/2009, 14:30 WIB

Oleh Juan Cole

JAKARTA, KOMPAS.com — Kematian mengenaskan Michael Jackson di usia ke-50 telah membuat emosi orang di seluruh dunia tumpah; dan berkat globalisasi, berita kematiannya berdampak juga kepada penggemarnya di Asia dan Timur Tengah.

Awal 2007, saudaranya, Jermaine Jackson, seorang Muslim, mengumumkan bahwa Michael akan memeluk agama Islam. Kemudian, pada November 2008, hanya beberapa bulan sebelum kematiannya, pers melaporkan bahwa Michael resmi memeluk agama Islam.

Michael adalah pria dengan identitas yang kompleks, yang membantunya mencapai popularitas hebat di seluruh dunia. Jelas sudah bahwa dia menderita trauma hebat akibat masa kecilnya yang memengaruhi kehidupannya kemudian.

Bagaikan sel batang yang bisa tumbuh di bagian organ mana pun, sikap kanak-kanak Michael membuatnya seperti bunglon. Dengan perlahan menjadi lelaki berpenampilan perempuan, Michael mengekspresikan dirinya sebagai lelaki sekaligus perempuan, seorang bocah sekaligus ayah, kanak-kanak dalam tubuh orang dewasa.

Sebagian karena dilatari pigmentasi kulitnya, dia menggugat hitam kulitnya dan menjadi secara rasial ambisius seperti menimpa sejumlah orang berkuasa dan makmur Afro-Amerika dalam generasinya.

Menjelang akhir kehidupannya, dia menjembatani citra keluarganya yang penganut Kristen Kesaksian Jehovah dengan menunjukkan minatnya yang dalam kepada Islam. Dia adalah teladan untuk semua orang, terutama karena sindrom Peter Pan-nya. Seorang anak bisa tumbuh untuk menjadi apa pun, begitu moral pesan Peter Pan.

Jermaine Jackson menerangkan bahwa pengalaman melancong ke Kawasan Teluk (di Timur Tengah) telah membuat keluarganya menjalin kontak dengan Islam. Seperti (sutradara) Malcolm X yang beralih memeluk Islam saat berziarah ke Mekkah dari pemeluk kultur sektarian ala Amerika menjadi pemilik Sunni antirasis yang universalis, Jermaine pun menempuh perjalanan serupa dengan Malcolm X.

Kita hanya bisa berspekulasi mengenai minat Michael Jackson kepada Islam. Agaknya peradilan hukum pada 2005, dengan kondisi bahwa dia dibebaskan dari semua tuduhan, telah membuatnya berhasrat untuk berubah (secara spiritual).

Psikolog pengadilan mengonfirmasikan bahwa kondisi psikologi Michael itu bagai seorang bocah tidak berdosa, dengan mengeluh bahwa dia telah ditahan di depan seorang bocah berumur 10 tahun.

Michael Jackson sangat terluka dan terhina oleh peristiwa tahun 2005 itu, lalu dia menyingkir ke Bahrain dan pencariannya pada tradisi spiritualitas yang berbeda mungkin keluar dari kehinaan itu.

Mereka yang hidup pada dekade 1980-an tidak akan pernah melupakan "Thriller" dan video-video terobosan lainnya yang diciptakan Michael.

Namun bagi saya, yang kemudian ikonik dari Michael adalah "Black or White," yang dengan kuatnya memesankan bahwa esensi berada di atas aliran identitas dalam dunia yang terglobalisasi ini, sekaligus menggarisbawahi kemanusiawian kita semua, sesuatu yang oleh seorang bocah abadi merasa telah dirampok darinya sehingga masa kecilnya kelabu tanpa akhir.

Anak kecil tak tahu soal prasangka rasial dan agama. Tragedi terbesar Michael Jackson adalah penarikdiriannya yang kekanak-kanakan dari realita hingga membuatnya lebih rentan dari dirinya sendiri dan orang lain, dan tidak pernah melindunginya dari kegilaan atau realitas-realitas kemanusiaan lainnya.

Di atas itu semua, (spirit) anak-anak tak boleh mati.

Juan Cole adalah Presiden Global Americana Institute, Sejarawan Timur Tengah dan Asia Selatan dari Universitas Michigan, AS. Pendapatnya disadur oleh wartawan ANTARA, Jafar Sidik, dari weblog juancole.com, dalam judul sama tanggal 26 Juni 2009.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com