Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Korban Tewas di Iran Bertambah, Obama Campur Tangan

Kompas.com - 21/06/2009, 10:50 WIB

TEHERAN, KOMPAS.com — Ribuan demonstran kembali terlibat bentrok di jalan-jalan ibu kota Iran, Teheran, dengan polisi antihuru-hara yang dilengkapi dengan tongkat pemukul, gas air mata, dan meriam air. Beberapa tayangan video yang dimuat di dalam situs jejaring sosial menggambarkan suasana kerusuhan penuh dengan desingan tembakan dan beberapa helikopter yang terbang rendah di atas demonstran.

Laporan yang belum dapat dikonfirmasi menyebutkan jumlah korban meninggal dunia telah mencapai 150 pada hari ke-7 pascapemilu Iran. Beberapa sumber di salah satu rumah sakit Teheran memastikan terdapat 19 korban meninggal dunia, Sabtu (20/6).

Kampanye Internasional untuk HAM di Iran menjelaskan bahwa sejumlah demonstran telah dipukul, dicederai, diringkus, dan ditahan oleh pasukan keamanan saat demonstran berupaya mendapatkan perawatan medis di beberapa rumah sakit. Karena khawatir diringkus, beberapa demonstran yang menderita cedera serius berupaya mendapatkan perawatan kesehatan dari beberapa kedutaan besar asing.

Salah satu demonstran, Shahnaz, menjelaskan, polisi antihuru-hara menggunakan tongkat pemukul dan meriam air untuk menghadang sekitar 300 demonstran yang berupaya mendekati Lapangan Revolusi di Teheran. Shahnaz juga mengaku melihat tembakan gas air mata dan beberapa helikopter terbang mengitari wilayah kerusuhan.

Pada Sabtu malam waktu setempat, kantor berita resmi Iran IRINN melaporkan seorang pembawa bom tewas di pintu masuk musoleum tempat dimakamkannya pendiri Republik Islam Iran, Ayatollah Khomeini. Pelaku bom bunuh diri disebut sebagai satu-satunya korban tewas dalam aksinya yang mengakibatkan 3 orang lain cedera.

Kementerian Kebudayaan Iran melarang media internasional melaporkan aksi demonstrasi kecuali jika mendapatkan izin dari Pemerintah Iran. Seorang wartawan paruh waktu mengakui bahwa kondisi keamanan "sangat berbahaya" untuk mengabadikan gambar unjuk rasa.

Karena wartawan internasional dilarang meliput kerusuhan di ibu kota Teheran, warga Iran kembali beralih ke telepon seluler dan situs jejaring sosial untuk mendapatkan perkembangan informasi. Jaringan berita AS, CNN, melaporkan banyak demonstran telah mencabut kartu SIM atau cip memori dari telepon seluler mereka guna menghindari upaya pemerintah melacak komunikasi mereka.

Dari Washington, Presiden AS Barack Obama mendesak Pemerintah Iran agar menghentikan aksi kekerasan. "Pemerintah Iran harus memahami bahwa dunia sedang menyaksikan apa yang terjadi," kata Obama dalam sebuah pernyataan tertulis.

"Kami menyerukan Pemerintah Iran untuk menghentikan seluruh aksi kekerasan dan tindakan tidak adil terhadap rakyatnya," tambah Obama. "Apabila Pemerintah Iran menginginkan penghormatan dari masyarakat internasional, maka Teheran harus menghormati martabat rakyatnya dan memerintah melalui dukungan rakyat, bukan aksi kekerasan."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com