Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rahul Gandhi, PM India Masa Depan

Kompas.com - 16/04/2009, 06:16 WIB
 

KOMPAS.com - Meskipun pidatonya kering dan jarang mendapat aplaus, Rahul Gandhi (38) tetap menjadi pusat pemilu India kali ini. Sebagai pewaris Dinasti Gandhi, Rahul digadang-gadang menjadi perdana menteri India masa depan.

Peran Rahul pada pemilu parlemen India yang digelar hari Kamis (16/4) ini cukup menentukan. Dia bisa memberi kemenangan bagi koalisi partai berkuasa, Partai Kongres Nasional India, saat berhadapan dengan oposisi Partai Bharatiya Janata (BJP).

Kandidat Partai Kongres, Perdana Menteri Manmohan Singh, sudah berusia 76 tahun dan telah menjalani operasi jantung tahun ini. Banyak orang di Partai Kongres yang melihat Rahul sebagai calon pemimpin masa depan.

Kini, ujian pertama yang harus dihadapi Rahul adalah penampilannya secara nasional. Dia harus mampu membuktikan apakah ketenarannya dan warisan keluarganya bisa diterjemahkan menjadi suara kemenangan dari masyarakat awam India atau tidak.

Rahul dilahirkan pada 19 Juni 1970. Dia datang dengan darah politik ”bangsawan” karena ayahnya, Rajiv Gandhi; neneknya, Indira Gandhi; dan kakek buyutnya, Jawaharlal Nehru; adalah perdana menteri India. Ibunya, Sonia Gandhi, kini menjabat Presiden Partai Kongres.

Bagi para kritikus, kehadiran Rahul menegaskan ketergantungan Partai Kongres kepada ikon Gandhi. Mereka juga menggarisbawahi kurangnya pengalaman Rahul serta kesulitan dia berkomunikasi dengan warga biasa India.

Pihak oposisi menyatakan, Rahul tidak akan mampu memimpin negara berpenduduk 1,1 miliar jiwa yang tengah menghadapi tantangan krisis ekonomi global, naiknya defisit fiskal, dan ketegangan dengan negara tetangga, Pakistan, soal serangan teror di Mumbai tahun lalu.

Belum siap

Rahul sendiri mengesampingkan peran apa pun sebagai perdana menteri. Dia lebih fokus pada pengenalan demokrasi akar rumput ke Partai Kongres, terutama di kalangan pemuda.

”India adalah negara muda. Yang diinginkan kaum muda India adalah pemberdayaan,” kata Rahul seusai kampanye di Punjab, Rabu (15/4).

”Kita tidak akan melihatnya dalam tiga bulan, tetapi berilah waktu (setidaknya) tujuh tahun,” ujarnya.

Dalam beberapa tahun terakhir, Rahul berkeliling India sebagai bagian dari ”magang” politik. Dia sering kali menginap di rumah para petani, di bawah sorotan kamera.

Kendati demikian, para pendukungnya sendiri menilai Rahul belum siap untuk menjadi perdana menteri. ”Saya kira dia belum siap. Dia perlu lebih banyak ekspos. Akan tiba saatnya ketika dia siap,” kata Raninder Singh, salah satu kandidat anggota parlemen Partai Kongres.

Usia Rahul yang masih muda menjadi andalan Partai Kongres. Sering kali, Rahul dibandingkan dengan kandidat BJP, LK Advani, yang berusia 81 tahun. Rahul adalah seorang politisi jujur dan berpenampilan menawan di mata pendukungnya, yang rata-rata berusia di bawah 35 tahun dan jumlahnya mencapai dua pertiga penduduk India.

Jika Partai Kongres berhasil memenangi pemilu, Rahul kemungkinan akan menduduki jabatan menteri pendidikan, yang menjadi ketertarikan politik utamanya.

Sejumlah analis memperkirakan, baik Partai Kongres atau BJP akan bertarung ketat dalam pemilu. Jajak pendapat mengindikasikan, baik Partai Kongres maupun BJP tampaknya tidak akan mampu meraih sekitar 135 kursi dari 543 kursi di parlemen agar bisa memerintah sendiri. Ujung-ujungnya adalah koalisi dengan partai-partai kecil yang mengusung kepentingan lokal dan regional.

Kondisi itu bisa mengakhiri era kepemimpinan kaum tua Partai Kongres dan BJP. Rahul akan memiliki kesempatan untuk memperkenalkan generasi muda yang masih segar.

”Pemilu kali ini seperti semifinal,” kata Yashwant Deshmukh, pemimpin lembaga jajak pendapat C-Voter, India.(ap/reuters/fro)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com