Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 04/04/2009, 04:22 WIB

Kesepakatan itu mencuatkan istilah era baru yang mendekati histeria. Steven Schrage, ekonom dari Center for Strategic and International Studies (CSIS), Washington, turut berkomentar. ”Ada kemajuan signifikan... G-8 terkenal dengan pernyataan-pernyataan yang bombastis tetapi tak bergigi,” katanya seraya menambahkan bahwa G-20 kali ini memang berbeda.

Persuasi Obama

Eswar Prasad, ekonom dari Brookings Institution, Washington, mengatakan, selain kesepakatan, G-20 tampak kompak. Negara yang terlibat dan berperan bukan saja negara maju, tetapi juga China dan lainnya. ”Ini jelas sebuah testamen bagi kekuatan persuasi pemerintahan Presiden Barack Obama,” kata Prasad.

Presiden Obama sendiri mengatakan, ”Kami mengakhiri pertemuan yang sangat produktif dan akan menjadi titik balik dari ekonomi global. Dilihat dari ukuran apa pun, pertemuan London ini bersejarah karena besarannya dan cakupan tantangan yang kita hadapi serta bagaimana kita telah merespons tantangan tersebut.” Ia menambahkan kalimat, ”Ini ada adalah sebuah era baru, soal tanggung jawab.”

Negara Asia anggota G-20, yang semakin mendominasi perekonomian global, juga memiliki peran lebih banyak menyelamatkan dan membentuk kembali sistem perekonomian global.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di pertemuan G-20, juga menyerukan pentingnya kebersamaan negara-negara di dunia. Presiden menyampaikan aspirasi negara berkembang bahwa negara berkembang bukan meminta belas kasihan dari negara maju. Masalahnya, kata Presiden, negara berkembang bisa melakukan hal yang sepatutnya dilakukan. Presiden meminta tanggung jawab negara maju menciptakan sistem keuangan yang kondusif bagi stabilitas ekonomi global dalam jangka panjang.

Tidak semua pihak senang akan keputusan G-20. ”Presiden Obama hanya memainkan peran diplomatiknya,” demikian komentar The New York Times. Harian ini marah karena G-20 tidak mendalami stimulus ekonomi, usulan utama AS, tetapi ditentang Eropa. Harian AS lainnya, LA Times, menyebutkan, pertemuan G-20 hanya mengumbar janji.

Meski demikian, sambutan besar bermunculan. Presiden China Hu Jintao berjanji akan bekerja sama mengatasi krisis global. China memiliki cadangan devisa 1,9 triliun dollar AS dan diimbau untuk terus membeli surat utang Pemerintah AS.

Sebagai imbalan, Presiden Obama, yang duduk satu meja dengan Hu dan Presiden Perancis Nicolas Sarkozy, menjanjikan China mendapatkan suara lebih besar di IMF. Ini bertujuan untuk memecah dominasi kekuatan AS di IMF dan Bank Dunia.

Simon Johnson, profesor dari Sloan School of Management MIT, mengatakan, jika selama ini pemimpin Bank Dunia dan IMF selalu berasal dari AS dan IMF, berikutnya bisa saja dari China.

Johnson mengatakan, hal ini akan bermanfaat untuk meningkatkan legitimasi IMF dan Bank Dunia. Efek positif selanjutnya, kedua lembaga ini akan memberikan bantuan tanpa persyaratan keras dan keliru, seperti sebelumnya, yang justru menjerumuskan banyak negara yang ditolong. Ini sekaligus menandai suara Asia yang makin didengar di dunia. (AP/AFP/Reuters/mon/joe)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com