Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Wanita Bertahan dalam KDRT?

Kompas.com - 11/02/2009, 15:53 WIB

Pasangan muda Rihanna dan Chris Brown seharusnya tampil bersama dalam acara Grammy Awards hari Minggu lalu. Namun penampilan mereka dibatalkan karena Rihanna dilaporkan telah mengalami kekerasan. Wanita berusia 20 tahun ini harus dirawat oleh dokter karena mengalami cidera: mata lebam, bagian tubuh yang lain berdarah dan memar-memar. Pelaku kekerasan tersebut adalah Chris Brown, sang pacar.

Berita tersebut sedikit diragukan oleh teman dan keluarga Brown. Penyanyi hip hop ini dikenal sebagai anak muda yang baik. "Chris bukan orang yang suka bertengkar. Ia orang yang rileks dan easygoing," ujarLyn Amos, guru olahraga Brown di SMA-nya di Tappahannock, Va. Jean Segar, pemilik restoran yang mengenal Brown sejak kecil, menambahkan, "Ia orang yang berpengarai baik. Sulit dipercaya ada kejadian itu."

Pernyataan dari orang-orang dekat ini ditambah lagi dengan pengakuan Brown di masa lalu mengenai ibunya yang pernah dianiaya secara fisik oleh ayah tirinya. "Ia (sang ayah) membuat saya takut sepanjang waktu," kata Brown waktu itu. "Sampai sekarang saya membencinya."

Menurut penelitian Departemen Kehakiman Amerika, dua pertiga dari serangan fisik terhadap wanita dilakukan oleh orang yang dikenal baik. Di Amerika sendiri, salah satu tempat paling berbahaya bagi wanita adalah rumahnya sendiri. Sekitar 1.500 wanita tewas dianiaya suami atau pacar mereka. Sedangkan menurut catatan FBI, sekitar 2 juta pria menganiaya pasangannya setiap tahunnya. 

Dr. Susan Hanks, Direktur Institut Keluarga dan Kekerasan di Alamaeda, California, mengatakan, tidak ada ciri khusus mengenai pria yang menganiaya wanita. Apakah pria tersebut dari umur, kondisi ekonomi, atau kelainan seksual tertentu. Pria menganiaya karena kondisi psikologisnya. "Biasanya, pria yang menganiaya ingin mencari kekuatan atau mengontrol pasangannya, atau hidup mereka sendiri. Bisa juga karena mereka terus-menerus bergantung pada wanita, dan khawatir akan ada aksi dari pihak wanita mengenai kebebasannya. Sebagian pria lainnya menganiaya karena itulah satu-satunya cara yang mereka ketahui untuk menjadi dekat pada pasangannya," ungkap Dr. Hanks.

Menurutnya, sebagian pria penganiaya ini tumbuh dari rumah yang penuh kekerasan, dimana mereka menyaksikan ibu disiksa oleh ayah, dan mereka sendiri ikut dianiaya. Perasaan tidak berdaya di masa lalu membuat mereka mengkopi perbuatan tersebut untuk mendapatkan kontrol penuh terhadap dirinya. Apalagi jika dahulu ibu tidak melakukan tindakan apa-apa terhadap kekerasan yang dialami.

Penyebab KDRT lainnya adalah kemiskinan, dimana pria merasa tidak memiliki power di dalam keluarga. Konflik dalam pekerjaan juga memicu stres yang membuat pria merasa harus mampu mengontrol wanita di rumah. Pria yang lain melakukan kekerasan di bawah pengaruh obat-obatan atau alkohol, meskipun substansi dari obat-obatan itu sendiri bukan penyebab kekerasannya.

Mengapa wanita tidak meninggalkan hubungan yang penuh kekerasan tersebut?

Hal ini tentu ada dalam pemikiran banyak orang. Namun meninggalkan hubungan semacam itu tidaklah mudah. Wanita yang tergantung secara ekonomi terhadap pasangannya tentu tidak ingin hidup susah. Ada banyak faktor sosial dan kultural lainnya yang mendorong wanita untuk bertahan, dan mencoba mengatasi situasi. Misalnya, tidak ingin berpisah dari anak. Perasaan malu akan kondisi rumah tangga, yang membuat wanita enggan berterus-terang pada keluarga besarnya. Kalau pun tahu, keluarga akan mendesak agar wanita mempertahankan keutuhan keluarganya. Seringkali pria justru menjauhkan istrinya dari keluarga dan teman-teman supaya tidak ada dukungan saat istri nekad meninggalkan rumah.

Kemudian, wanita biasanya sangat mencintai pria yang menyiksa mereka. Mengapa? Karena pria-pria seperti ini tidak selalu berbuat kasar. Mereka bisa saja hangat dan penuh perhatian. Sehabis menganiaya, suami umumnya memohon maaf hingga menangis. Dalam situasi seperti ini wanita pun akan luluh. Kelak ia akan menyadari bahwa penganiayaan tersebut akan terus berulang.

Di pihak lain, pria juga enggan meninggalkan hubungan yang tidak memuaskan ini. Perasaan takut ditolak dan dibuang adalah faktor-faktor yang membuat pria melakukan kekerasan. Hal ini disebabkan oleh rendahnya keyakinan terhadap diri sendiri. Jika wanita berinisiatif meninggalkan hubungan (atau bercerai), ia masih potensial mengalami cidera akibat kekerasan. Umumnya pria melakukan intimidasi sebagai konsekuensi ditinggalkan oleh pihak wanita. Seringkali kekerasan itu bertambah parah, seperti menteror, mengancam akan bunuh diri, atau menyakiti anak. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com