JAKARTA, JUMAT - Masih ada 80.000 anak tenaga kerja Indonesia (TKI) yang belum mendapatkan pendidikan sesuai program wajib belajar sembilan tahun di Sabah Malaysia. Lebih parah lagi, anak-anak itu dipaksa bekerja di perkebunan kelapa sawit oleh orangtua atau majikan tempat orangtua mereka bekerja.
Hal ini terungkap dalam laporan Forum Guru Tidak Tetap Indonesia di Sabah (FGTTIS) kepada Komisi Nasional Perlindungan Anak, di Jakarta, Jumat (5/9). "Setelah FGTTIS datang di Sabah, 8.000 anak TKI bisa kami layani di 123 tempat bimbingan. Di situ kami bekerja sama dengan pusat bimbingan Humana yang dirujuk oleh pemerintah Indonesia," kata Sahrial, salah satu anggota FGTTIS.
Sahrial mengatakan, untuk metode kurikulum yang diajarkan dalam bidang kewarganegaraan pun lebih banyak didominasi pengetahuan tentang Malaysia daripada Indonesia. "Perbandingan materinya, 80 persen pengetahuan Malaysia, dan 20 persen tentang Indonesia. Jadi wajar banyak yang tidak mengerti filosofi Indonesia," katanya.
Oleh sebab itu, FGTTIS merekomendasikan kepada pemerintah Indonesia untuk melakukan evaluasi terhadap program pendidikan buat anak-anak TKI di Sabah, juga membenahi manajemen kerja sama Indonesia-Malaysia bagi perlindungan anak TKI di Sabah sesuai dengan Konvensi PBB tahun 1989 tentang perlindungan anak.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.