Dari segi infrastruktur, kawasan ini memang tidak sekomplet dan sebagus puncak. Jalan menuju ke
Kawasan Puncak yang menjadi primadona dan menjadi salah satu dari “Seven Wonder of West Java” telah berkembang demikian pesat. Kawasan itu telah dipadati ribuan villa orang
Pemerintah Kabupaten Bogor, khususnya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, sebenarnya mengembangkan kawasan Gunung Bunder sebagai kawasan alternatif tujuan wisata. Di
Selain lingkungan alam yang masih natural di tengah rerimbunan pohon pinus dan rasamala, Kawasan GSE menawarkan sejumlah obyek wisata alami. Yang terkenal adalah sejumlah curug. Dalam bahasa setempat, curug artinya air terjun. Sebenarnya ada banyak curug di
Beberapa curug yang dijadikan lokasi wisata adalah Curug Cihurang, Curug Ngumpet, Curug Seribu, dan Curug Cigamea. Semua curug tersebut letaknya dekat dengan jalan raya sehingga mudah dijangkau.
Satu lagi kawasan wisata andalan di tempat ini adalah Kawah Ratu. Entah, kenapa kawah ini disebut Ratu. Kawah ini merupakan kepundan aktif, salah satu produk dari aktivitas Gunung Salak yang masuk dalam jajaran gunung api di Pulau Jawa. Kawah ini letaknya paling tinggi di Kawasan GSE. Daya tarik yang unik dari kawah ini adalah aktivitas geologinya. Setiap hari kepundan selalu mendidih dan mengeluarkan gas alam Sulfat (H2S) dengan bau yang khas. Kadang pengunjung juga dapat mendengar suara gemuruh akibat semburan uap air panas yang bergolak di perut bumi.
Di sekitar kawasan GSE banyak terdapat villa milik pribadi. Banyak pula dijumpai villa-villa yang dapat disewa seperti di kawasan puncak. Tapi, tentu saja tidak seramai puncak. Menyusuri jalan kecil berliku ke tempat ini Anda tidak akan menjumpai kepadatan kendaraan. Wangi hutan dan dinginnya udara masih segar mengisi rongga dada.
Nah, resort tempat kami menginap kebetulan berada di kawasan wisata GSE, persis di atas tebing Curug Cigamea. Pagi harinya kami diajak berkeliling areal resort. Rumah peristirahatan di atas tanah 2,7 hektar ini memiliki 13 villa. Masing-masing villa yang berdiri di atas tebing dan menawarkan pemandangan lepas ke arah lembah memiliki keunikan dan kekhasan sendiri, baik eksterior dan interiornya. Sejumlah paviliun dibangun dengan desain modern minimalis.
Yang menarik dari tempat ini adalah 70 persen dari lahan yang ada digunakan sebagai laboratorium hidup pengembangan tanaman yang mulai jarang ditemukan. Kontur tanah yang berundak-undak karena berada di lereng pegunungan telah disusun sedemikian rupa menjadi taman yang indah. Jalan setapak yang dibangun dari susunan bebetauan alam meliuk-liuk di tengah hamparan tanaman muda di belakang penginapan. “Tempat ini baru dibuka kira-kira satu setengah tahun yang lalu, jadi aneka tanaman yang kami kembangkan di sini juga masih kecil-kecil,” ujar Marketing Manager The Michael Resorts, Tety Widjaja yang menemani kami berkeliling areal tempat itu.
Beberapa tanaman yang dikembangkan disini antara lain adalah berbagai jenis Anggrek, Mawar, bunga Clavia, bunga Puspa, pohon Arum, Melati Gambir, Damar, Buah Merah, Sampur, juga Kayu Manis.