Ketua Umum Gerakan Ekonomi dan Budaya (Gebu) Minang Asril Tanjung dan Sekretaris Jenderal Asosiasi Pedagang Pasar (Tradisional) Seluruh Indonesia Ngadiran mengatakan, gempa relatif tidak mengganggu usaha orang-orang Minang di Jakarta, yang 70 persen berprofesi sebagai pedagang dan pengusaha. Wali Kota Jakarta Pusat Sylviana Murni juga mengatakan, aktivitas perdagangan di Tanah Abang berlangsung normal seperti biasa. Asril menambahkan, ”Sejauh ini sudah lebih dari 200 orang Minang di Jakarta yang kembali ke kampung halamannya. Data pastinya saya tidak punya karena mereka secara sendiri-sendiri dan tergesa terbang ke Pariaman atau Kota Padang.” Dari 200 warga yang kembali ke kampung halaman, lebih dari 70 persen adalah pedagang dan pengusaha. ”Jumlah orang Minang di Jakarta sekarang sekitar 1,7 juta orang. Sebanyak lebih dari 70 persen di antaranya memang pedagang dan pengusaha,” ucap Asril. Zukifli (49), seorang pedagang kaki lima di Pasar Permai Lorong 104, Koja, Jakarta Utara, mengaku, walaupun dirinya tetap berdagang, hatinya tidak tenang. ”Kedua orangtua dan mertua saya ada di Sungai Durian, Tujuh Koto, Pariaman. Kata saudara saya mereka selamat. Namun, saya belum berhasil menghubungi mereka, jadinya hati belum bisa tenang,” tutur Zukifli. Sebenarnya Zulkifli ingin pulang ke Padang, tetapi harga tiket pesawat tidak terjangkau. ”Kalau hari-hari biasa hanya Rp 600.000, sekarang saya cek Rp 1,3 juta. Padahal, waktu Lebaran hanya Rp 1.130.000. Masak harga saat musibah lebih mahal dibanding Lebaran,” ujar Zukifli. Baik Asril, Sylviana, maupun Ngadiran mengaku sedang disibukkan dengan pengumpulan dana bantuan bagi korban bencana. ”Pemerintah kota, PMI Jakarta Pusat, bersama para pedagang Minang di Tanah Abang masih terus mengumpulkan dana bantuan buat korban gempa,” kata Sylviana. Sampai kemarin, Gebu Minang sudah mengumpulkan dana bantuan senilai Rp 150 juta, sedangkan Badan Koordinasi Kota Padang di Jakarta sudah mengumpulkan dana Rp 265 juta. ”Dari perwakilan masyarakat Sumbar sudah didapat Rp 50 juta,” tuturnya.