Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Krisis Bisa Berubah Jadi Malapetaka Kemanusiaan

Kompas.com - 27/04/2009, 12:42 WIB

WASHINGTON, KOMPAS.com — Krisis perekonomian global akan berubah menjadi malapetaka kemanusiaan dan pembangunan, dengan negara-negara miskin akan makin sangat terpukul, demikian dilaporkan Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia, Minggu (26/4).

"Perekonomian global telah memburuk secara dramatis, negara-negara berkembang menghadapi konsekuensi serius ketika krisis keuangan dan ekonomi berubah menjadi malapetaka kemanusiaan dan pembangunan," kata mereka dalam sebuah pernyataan.

Krisis itu telah memaksa lebih dari 50 juta orang menjadi sangat miskin. Kita harus mengurangi dampaknya terhadap negara-negara berkembang dan memfasilitasi kontribusi mereka bagi pemulihan global.

Bagaimana membantu dunia berkembang menanggulangi kemerosotan globat terburuk sejak Depresi Besar atau Great Depression pada 1930-an menjadi agenda utama pertemuan bersama Komite Pembangunan IMF dan Bank Dunia.

Laporan Bank Dunia dan IMF mengingatkan, krisis berarti lebih dari 90 juta orang lagi akan tetap terjebak dalam kemiskinan ekstrem pada tahun ini, sementara kelaparan kronis dapat mencapai satu miliar.

Negara-negara Afrika merupakan yang paling mudah diserang dalam krisis yang telah mengurangi investasi dan arus kredit, membahayakan pencapaian pembangunan, dan pengurangan kemiskinan.

Kepala Bank Pembangunan Afrika Donald Kaberuka mengingatkan, Afrika terpukul lebih cepat oleh krisis dan, bahkan lebih buruk, akan mengangkat lebih lambat ketika pemulihan tiba.

Kebanyakan memperkirakan masalah di Afrika 18 bulan setelah awal krisis karena benua tersebut tidak terintegrasi dengan ketat dalam sistem keuangan global. Namun, alih-alih krisis itu menghantam investasi secara cepat, arus kredit hampir mengering.

"Keprihatinan saya (adalah) begitu pemulihan ditetapkan, negara-negara Afrika akan pulih lebih lambat," kata Kaberuka.

IMF meramalkan pertumbuhan di Afrika akan turun menjadi 2,00 persen pada 2009 dari 5,25 persen pada 2008 karena ekspor merosot dan arus investasi anjlok.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com