Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Ngabuburit" di Lapangan Merah

Kompas.com - 23/09/2008, 08:19 WIB

Laporan Wartawan Kompas Subhan SD

Minggu (21/9) petang, udara Kota Moskwa, Rusia, terbalut mendung. Suhu udara sekitar 7 derajat Celsius. Siang itu angin yang bertiup di sekitar Lapangan Merah (Krasnaya Ploshchad) terasa menusuk-nusuk kulit walau tubuh sudah dibalut berlapis-lapis jaket.

Sinar matahari senja yang sempat muncul nyaris tak mampu meredam hawa dingin itu. Memasuki paruh ketiga bulan Ramadhan, rasanya asyik juga ngabuburit di lapangan yang, antara lain, terkenal dengan peristiwa Revolusi Bolshevik tahun 1917 itu. Suasana lapangan yang berukuran 695 meter x 130 meter itu sibuk. Ribuan orang dari berbagai bangsa berlalu lalang. Maklumlah kawasan lapangan itu merupakan jantung Moskwa, yang antara lain dengan landmark kompleks Kremlin dan Katedral St Basil, selain Museum Sejarah dan pusat perbelanjaan Gum.

Jam besar di menara Spasskaya Kremlin menunjukkan pukul 14.00. Biasanya jam-jam sekitar itu, saat berpuasa, sungguh tak mengenakkan berjalan-jalan di jalan di Jakarta, misalnya. Tetapi, siang itu berjalan-jalan di Lapangan Merah sungguh tak terasa haus. Malah rasa dingin menyergap. Rasanya ngabuburit sekitar 3,5 jam cukuplah untuk menanti berbuka puasa. Tetapi, baru tersadar ternyata magrib di Moskwa baru pukul 19.34 nanti.

Lapangan Merah adalah ikon yang terkenal. Ia menjadi tempat parade militer unjuk kekuatan, terutama pada zaman Perang Dingin sejak Stalin hingga Gorbachev, serta perayaan besar lainnya.

Lapangan merah itu sendiri adalah sejarah. Karena itu, semua bangunan di areal lapangan punya sejarah masing-masing. Kremlin (artinya benteng pertahanan) boleh jadi bangunan yang mencolok dengan warna merahnya. Kremlin merupakan jantung sejarah, pemerintahan, dan spiritual. Di dalam areal Kremlin yang punya 18 menara itu terdapat museum, istana, dan katedral. Kompleks pada masa Tsar itu dibangun pada abad ke-12 hingga ke-15. Di bagian depan, ada Mausoleum Lenin. Di belakang Lenin ada makam pemimpin lainnya, yaitu Stalin, Brezhnev, Andropov, Chernenko, kecuali Khrushchev di pemakaman Novodevichy.

Lapangan Merah menjadi lokasi menarik bagi pasangan muda yang melangsungkan pernikahan. Sabtu sore sebanyak 7-8 mobil limusin parkir di sisi ujung jalan atau di jembatan di atas Sungai Moskwa. Pasangan muda itu mengabadikan momen indah mereka dengan latar belakang gedung-gedung tua nan bersejarah itu. Mobil-mobil pengiringnya pun tampak baru dan mewah. Ekonomi Rusia memang terus bertumbuh. Pendapatan per kapitanya kini 11.200 dollar AS.

Mereka berfoto di pinggir Katedral St Basil yang cungkup-cungkupnya seperti bawang. Tetapi, sebetulnya mirip kubah masjid, sebagaimana umumnya cungkup katedral di Moskwa. Bangunan unik itu merupakan simbol kemenangan Ivan the Terrible saat mengalahkan bangsa Mongol tahun 1552 di kota Kazan. Tak mengherankan jika keindahan dan keunikannya membuat Napoleon Bonaparte kepincut. Keunikan itu pula yang membuat arsiteknya, Postnik Yakovlev, menderita sepanjang hidupnya. Ivan the Terrible tak ingin ada bangunan lain seindah katedral itu. Karena itu, ia tak ingin Postnik merancang bangunan lain. Satu- satunya cara, Postnik pun dibutakan.

Berjam-jam rasanya telah berlalu. Jam di menara Spasskaya menunjukkan angka 19.34. Saatnya berbuka. Waktu berbuka di Rusia pasti tidaklah sama, karena negara terbesar seluas 17.075.200 kilometer persegi itu memiliki 11 daerah pembagian waktu.

Islam di Rusia—termasuk Moskwa—bukan hal baru di negeri yang 70 tahun mempraktikkan komunisme itu. Sejarah panjang Islam justru mewarnai perjalanan bangsa-bangsa di Rusia, setidaknya sejak abad ke-7, yaitu ke wilayah Dagestan dan Kaukasus Utara. Namun, Islam yang berkembang sekarang ini bermula pada abad ke-14. Banyak negara Islam yang berada di sekelilingnya bergabung dengan imperium Rusia antara abad ke-16 dan ke-19. Vladimir Putin pernah mengatakan, Muslim Rusia merupakan bagian tak terpisahkan dan aktif dalam susunan bangsa yang multietnik itu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com