Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banyak Manusia Mati karena Bantuan Lambat

Kompas.com - 19/01/2012, 08:38 WIB

NAIROBI, KOMPAS.com — Ribuan warga, umumnya anak-anak, telah mati sia-sia. Hal itu sebenarnya tidak perlu terjadi. Bantuan jutaan dollar AS juga menjadi terbuang sia-sia. Ini karena komunitas tidak memberikan reaksi cepat pada peringatan dini yang sudah muncul. Demikian dilaporkan lembaga sosial Oxfam dan yayasan Save the Children, di Nairobi, Rabu (18/1/2012).

Keadaan ini menimpa Afrika Timur yang dilanda krisis pangan. Hampir semua negara donor bersikap menunggu. Mereka memberikan bantuan setelah krisis semakin parah. Negara donor baru terperangah setelah menyaksikan krisis parah lewat berita di televisi.

Kelangkaan pangan sudah diramalkan pada awal tahun 2010. Akan tetapi, negara donor tidak merespons, hingga wabah kelaparan benar-benar dinyatakan di sebagian wilayah Somalia pada Juli 2011.

Lembaga-lembaga sosial itu mengatakan, banyak donor yang menunggu bukti dulu sebelum menyumbang atau menunggu hingga katastrofa manusia benar- benar terjadi. Ada kesenjangan penanganan krisis selama enam bulan.

”Kita semua bertanggung jawab atas keterlambatan fatal ini, yang menyebabkan banyak nyawa melayang di Afrika Timur. Kita harus belajar dari respons yang lamban,” kata Ketua Oxfam Barbara Stocking.

Pemerintah Inggris memperkirakan 50.000 hingga 100.000 warga meninggal akibat wabah kelaparan, dan ini pada umumnya terjadi di Somalia. Etiopia dan Kenya juga turut terpengaruh, tetapi badan bantuan kemanusiaan dapat beroperasi di kedua negara ini ketimbang di daerah Somalia yang tercabik-cabik akibat perang.

”Semakin dini respons Anda, semakin banyak uang yang bisa dihemat,” kata juru bicara Oxfam untuk kawasan, Alun McDonald. ”Biaya akan lebih murah dengan melakukan langkah-langkah lebih dini.”

Pekan ini ditandai dengan masa enam bulan wabah kelaparan di Somalia. Kini puluhan ribu warga juga mengalami masa kekeringan. Badan bantuan kemanusiaan kini terpaksa direpotkan dengan bantuan yang tidak saja berupa makanan, tetapi juga air. (AP/MON)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com