Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Antara Palestina dan Israel (2)

Kompas.com - 29/10/2010, 16:05 WIB

Wartawan Kompas Andi Suruji turut serta dalam rombongan lawatan Ketua Umum Palang Merah Indonesia Muhammad Jusuf Kalla ke Jordania, Palestina, dan Israel, 13-20 Oktober 2010 lalu. Banyak cerita menarik dalam lawatan tersebut yang dituliskannya secara bersambung. Selamat menikmati.

* * *

Tidak banyak waktu di Bandara Dubai, hanya sekitar dua jam transit sebelum melanjutkan penerbangan ke Jordania. Kami hanya mengantar JK jalan-jalan. Seperti kebiasaannya, sasaran utama jika mampir di suatu bandara adalah toko buku, setelah  itu cari kafe sekadar menyeruput cappuccino panas. Di toko buku itu, dia membeli majalah ”The Economist” dan sebuah jurnal ”Foreign Affair” edisi Oktober/November. Kebetulan, laporan utamanya memang cukup menarik, mengenai Timur Tengah, “Remaking the Middle East”. Ada pula laporan soal ”How to Handle Hamas”, ”Legitimizing Israel’s Bomb”, dan lainnya. 

Setelah istirahat sejenak di Bandara Dubai yang megah, rombongan melanjutkan penerbangan menuju Bandara Internasional Queen Alia di Amman, Jordania yang ditempuh sekitar 2,5 jam. Setiba di Bandara Ratu Alia, rombongan dijemput Duta Besar RI Jordania dan Palestina, Zainulbahar Noor. Setelah proses imigrasi, penjemput dari KBRI kemudian mengantar kami ke wisma Indonesia untuk makan siang bersama.

“Inilah kesalahan yang sering saya jumpai kalau berkunjung ke luar negeri. Kita sering disuguhi makanan Indonesia juga. Padahal, sebaiknya menyuguhi kita makanan khas setempat,” ujar JK mengomentari masakan Indonesia yang dihidangkan ibu-ibu staf Kedubes.

Waktu beristirahat di Wisma Indonesia cukup lama. Tetapi, sekaligus menimbulkan ketidakjelasan waktu melanjutkan perjalanan ke Al Bireh, Palestina. Ketegangan mulai menyergap kembali karena beberapa kali skenario perjalanan berubah.  Staf Kedubes Jordania berkali-kali melakukan hubungan kontak telepon, entah dengan siapa. Yang pasti, terdengar mereka membicarakan skenario perjalanan. Bagaimana pun protokoler bagi JK masih harus tetap ketat dan standar tinggi. Maklum, ia bukan hanya sebagai Ketua Umum PMI, tetapi juga Wakil Presiden RI 2004-2009.

Dalam perjalanan ini, JK memang sama sekali tidak mengikutsertakan ajudan maupun pengawal dan pasukan pengamanan. Padahal, sesuai protokoler, ia sebenarnya berhak mendapatkannya dan harus ditanggung negara dalam hal pengamanan pribadi mantan orang nomor dua di Indonesia itu. Apalagi yang hendak dikunjungi adalah wilayah konflik, zona perang. Tetapi itulah JK, sederhana, simpel, maunya praktis, dan cepat bergerak.

Dalam perjalanan kali ini, sebagaimana biasanya juga yang dilakukan, JK hanya didampingi staf pribadinya, Adam Suryadi. Karena masing-masing orang punya bawaan sendiri-sendiri, tidak jarang JK harus menarik sendiri koper kecilnya. Di dalamnya terdapat dokumen, buku, dan alat kesayangannya yang selalu melekat dengannya belakangan ini, yakni mainan baru iPad. Dengan alat inilah JK bisa memantau berita-berita yang terjadi di seluruh penjuru dunia, maupun perkembangan situasi dan kondisi terkini di tanah air.

Meskipun baru pertama kali dalam hidupnya melakukan perjalanan ke Palestina dan Israel, juga Jordania, JK yang telah berpengalaman menangani persoalan konflik sampai masuk ke pelosok desa-desa konflik, terlihat tetap tenang dan santai. “Prinsip saya itu apa pun yang kita hadapi, nikmati saja. Cuaca panas, ya nikmati, cuaca dingin ya nikmati, giliran bicara nikmati, giliran mendengar ya nikmati. Dengan demikian, kita rileks,” katanya.

Ia malah banyak bercerita tentang pengalamannya menangani konflik. Ia tidak banyak bertanya, tetapi lebih banyak mendengar laporan dari Dubes mengenai perkembangan Timteng, khususnya Palestina-Israel.

Beberapa kali waktu keberangkatan dibicarakan, diundur, dimajukan, diundur lagi. Dalam ketidakpastian itu, JK terlihat santai-santai saja, bahkan ia menggunakan kesempatan itu untuk berbicara secara santai dengan para staf KBRI. JK mendorong para diplomat muda untuk benar-benar memahami bidang tugasnya, meningkatkan pelayanannya kepada warga negara Indonesia yang membutuhkan bantuan di negeri orang. Berbagai pengalaman diplomasi yang dilakukannya semasa menjadi menteri maupun saat menjadi Wakil Presiden RI 2004-2009, yang bersifat memotivasi, diceritakan kepada diplomat-diplomat muda tersebut.

Setelah ada kepastian keberangkatan, dan ternyata masih ada waktu yang cukup, sekitar satu setengah jam lagi, ”Kalau begitu saya tidur dulu,” katanya ketika diberitahu jadwal perjalanan diundur lagi satu setengah jam.

Menanggapi skenario perjalanan yang berubah-ubah terus, setelah dimajukan lalu diundur lagi, JK tenang saja.  "Memang harus begitu. Kalau kita dalam perjalanan seperti ini, jadwal berubah-ubah itu tidak soal. Malah lebih bagus. Kalau ada penembak gelap kan bisa meleset," ujar JK berseloroh.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com