Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Mau “Buang Air”, Pria Ini Temukan Situs Prasejarah

Kompas.com - 04/11/2016, 10:41 WIB

SYDNEY, KOMPAS.com - Seorang pria yang hendak buang air kecil tersandung pada bebatuan di sebuah bukit, situs prasejarah yang menjadi pusat permukiman awal manusia di Australia.

Permukiman yang di daerah pedalamanan tandus itu berusia berusia 49.000 tahun,atau 10.000 tahun  lebih awal dari yang diprediksi sebelumnya, seperti dilaporkan The Independent.

Penemuan secara tak sengaja di kawasan berbatu di Ranges Flinders itu mengungkap salah satu situs prasejarah terpenting di Australia, yang diduga dihuni suku asli Aborigin.

Di situs prasejarah, yang dikenal sebagai Warratyi itu, orang-orang Aborigin diperkirakan menetap di sana 49.000 tahun lalu.

Menurut harian Inggris itu, situs prasejara paling tua yang pernah ditemukan di Australia itu terletak 550 km di sebelah utara Adelaide. Ditemukan bukti-bukti  terpercaya mengenai awal interaksi manusia dengan binatang besar atau raksasa yang disebut megafauna.

Artefak yang ditemukan di situs ini juga memundurkan periode awal pengembangan perkakas tulang dan kapak batu serta penggunaan oker di Australia.

Penulis Giles Hamm, konsultan arkeolog dan mahasiswa doktoral di La Trobe University, menemukan situs prasejarah itu bersama Clifford Coulthard, tetua warga Adnyamathanha saat mereka menyurvei ngarai di kawasan utara Flinders Ranges.

"Seorang pria keluar dari mobil hendak ke toilet telah menyebabkan penemuan salah satu situs yang paling penting dalam masa prasejarah Australia," kata Hamm kepada ABC News.

"Alam memanggil dan Cliff bangun menyusuri kali kecil ke dalam jurang ini dan menemukan air yang menakjubkan ini dikelilingi oleh seni dari bebatuan," Hamm mengatakan.

Hamm menceritakan, bagaimana mereka melihat tempat gua batu dengan dengan bagian atas yang menghitam dan segera tahu itu adalah tanda aktivitas manusia.

Diperkirakan, penghuni gua itu telah menyalahkan api sehingga bagian atas gua menghitam.

"Begitu kami lihat,  kami langsung berpikir, 'Wow, ini bekas api pembakaran di dalam permukiman batu, itu menandakan aktivitas manusia'," katanya .

Menurut Hamm, pada awalnya mereka belum tahu signifikansi penemuan itu, dan memperkirakan hal itu mungkin berusia 5.000 tahun.

Selama sembilan tahun terakhir, Hamm dan timnya telah menemukan lebih dari 4.300 artefak dari penggalian satu meter. Juga 200 potongan tulang dari 16 mamalia dan satu reptil.

Penemuan itu merupakan indikasi penting bahwa manusia tidak bertanggung jawab atas kepunahan megafauna.

Coulthard mengatakan, warga Adnyamathanha bangga dan senang dengan penemuan itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com