Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kepemimpinan Ala Risma di Surabaya

Kompas.com - 19/03/2016, 18:07 WIB
Musthafa Abd Rahman dari Kairo, Mesir

Penulis

KAIRO, KOMPAS.com - Menjadi pemimpin itu bukan sesuatu yang dikejar, tapi amananah yang diberikan kepada seseorang. Pertanggungjawabannya tidak hanya kepada rakyat, tapi juga kepada Tuhan kelak.

"Seorang pemimpin harus ikhlas dan tulus dalam memperjuangkan nasib masyarakat, karena pemimpin adalah pelayan," kata Walikota Surabaya Tri Rismaharini di Kairo, Mesir, Sabtu (19/3/2016).

Risma berbagi pengalaman memimpin Surabaya di hadapan ribuan mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di Mesir. Ia berkunjung ke Kairo untuk menerima Ideal Mother Award yang diadakan oleh ISESCO (Islamic Educational Scintific and Ciltural Organization).

Risma menyatakan, di Surabaya ketika pejabat ditanya, "Anda siapa?", setiap pejabat akan menjawab pelayan masyarakat. Kalau ada pejabat Surabaya yang minta dilayani, ia tidak segan untuk menindak pejabat itu.

Seorang pemimpin, kata Risma, juga harus jujur kepada masyarakat. Membohongi masyarakat melalui pencitraan dan hanya menampilkan hal-hal yang baik saja sama artinya membohongi Tuhan.

"Seorang pemimpin itu ibarat perpanjangan tangan Tuhan di muka bumi, karena seorang pemimpin dapat menjadi jalan kesejahteraan bagi rakyatnya dan juga sebaliknya," ujar dia.

Program

Selanjutnya, Risma menceritakan sejumlah program pembangunan yang telah dilakukannya di kota Surabaya baik pembangunan fisik maupun non fisik.

Ia menyampaikan, pembangunan fisik yang dilakukan di Surabaya antara lain adalah infrastruktur, taman, pusat usaha dan pertanian, pusat rehabilitasi, fasilitas bagi anak yatim, orang jompo dan anak-anak berkebutuhan khusus serta mengubah pusat proatistusi menjadi komplek usaha.

Rism berbagi cerita tentang kebijakan berani yang ia lakukan seperti penutupan lokalisasi Dolly dan sejumlah lokalisasi lainnya. Kebijakan itu, kata dia, sempat mengancam nyawanya.

Ia juga menceritakan sejumlah pengalamannya saat terjun ke lapangan dan menyelesaikan sendiri permasalahan yang terjadi di kota Surabaya seperti menyelesaikan masalah macet, banjir dan kebersihan.

Sedangkan pembangunan nonfisik yang telah dilakukannya antara lain program rehabilitasi terhadap wanita tuna susila, anak jalanan, orang gila, menertibkan para pengamen dengan memberi mereka panggung khusus dan bayaran sebesar Rp 2 juta setiap kali tampil.

Di Surabaya, tutur Risma, belasan ribu anak yatim dan lansia diberi makan oleh Pemkot Surabaya setiap hari.

Melalui forum tersebut Risma mengingatkan mahasiswa Indonesia di luar negeri agar tidak mengedepankan semangat kedaerahan dan kesukuan, namun semangat persatuan dan keindonesiaan.

Dalam sesi dialog, Risma menegaskan bahwa mahasiswa yang sudah mengecap pendidikan di luar negeri seyogyanya juga pandai mencari peluang atau menciptakan lapangan kerja dan tidak hanya berharap pada fasilitas pekerjaan dari pemerintah.

Terakhir, Risma menyampaikan bahwa seorang pemimpin harus mengedepankan kepentingan masyarakat atas kepentingan pribadi dan golongan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com