Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Memburu Keadilan Setelah 70 Tahun Eksekusi Mati...

Kompas.com - 22/01/2014, 09:55 WIB
Palupi Annisa Auliani

Penulis

Sumber AP
KOMPAS.com — Bila novel The Confession karya John Grisham semata kisah fiksi, maka kisah nyata dengan alur cerita yang mendekati benar-benar terjadi di Amerika Serikat. Keduanya bertutur tentang remaja berkulit hitam yang dihukum mati atas tuduhan pembunuhan gadis berkulit putih.

Kedua cerita punya alur yang mirip. Bedanya, eksekusi di novel Grisham ternyata dilakukan pada orang yang salah, sementara pada kisah nyata ini belum dapat dipastikan soal bersalah atau tidaknya bocah kulit hitam itu. Sebuah sidang lanjutan akan digelar, Rabu (22/1/2014). Pembeda lain, kasus nyata tersebut terjadi 70 tahun lalu.

Seorang bocah berumur 14 tahun, George Stinney, pada 1944 dituduh membunuh dua bocah perempuan berkulit putih yang masing-masing berusia 7 dan 11 tahun. Seperti di novel Grisham, tuduhan untuk Stinney pun keluar setelah upaya pengungkapan kasus tak kunjung mendapatkan hasil.

Masalahnya, apakah sidang untuk memberikan keadilan Stinney bisa dibuka lagi? Kalaupun belum masuk tenggat waktu perkara kedaluwarsa, tantangan terbesar yang menghadang adalah hampir semua saksi kasus sudah meninggal. Sebagian besar bukti, termasuk transkrip persidangan, sudah hilang pula.

Stinney dinyatakan bersalah membunuh Mary Emma Thames (7) dan Betty Binnicker (11), lebih dari satu bulan setelah jasad kedua bocah itu ditemukan tewas dengan luka pukulan di kepala dan teronggok di selokan berisi air. Sidang untuk Stinney berlangsung tak sampai seharian, di kota industri kecil, Alcolu, yang komunitasnya terbelah berdasarkan ras.

Para pengacara berkeyakinan keputusan bersalah Stinney bias rasial dan kurang bukti berdasarkan hukum Jim Crow yang melembagakan segregasi di kawasan selatan Amerika Serikat pada waktu itu.

Dalam sejarah hukum Amerika satu abad terakhir, Stinney adalah orang termuda yang menjalani hukuman mati. Bahkan pada 1944, protes untuk hukuman itu juga sudah terjadi.

Surat kabar setempat menggambarkan tali di kursi eksekusi tidak pas dengan postur Stinney yang hanya berbobot sekitar 43 kilogram. Satu elektroda yang akan mengalirkan listrik bervoltase mematikan untuk eksekusi itu bahkan terlalu besar untuk kaki Stinney.

Namun, sekali lagi, semua bukti termasuk pengakuan Stinney sudah lenyap. Pengacara yang disewa keluarga Stinney menggali bukti baru, antara lain berupa pernyataan di bawah sumpah dari kerabat yang memastikan keberadaan Stinney pada hari bocah-bocah perempuan itu terbunuh, pernyataan ahli patologi, dan data otopsi.

Tergantung ingatan

Pada akhirnya, sidang ulang untuk Stinney yang berlangsung 70 tahun setelah eksekusi kontroversial tersebut akan sangat tergantung pada ingatan. Adik Stinney yang pada 1944 masih berusia 7 tahun, pada 2009 membuat kesaksian. Di dalamnya dia menggambarkan bagaimana tubuh Stinney hangus setelah eksekusi dan dikebumikan dalam kuburan tak bertanda.

Amie Ruffner, adik Stinney, menuturkan pula dalam kesaksian 5 tahun lalu itu bagaimana dia bersembunyi di kandang ayam ketika kakaknya dijemput di rumahnya oleh beberapa orang kulit putih berseragam. Namun, pada pemeriksaan silang, Ruffner harus berjuang keras untuk mengingat isi kesaksian itu, meski bersumpah sudah pernah memberikan kesaksian.

"Jika Anda tidak dapat mengingat apa yang Anda tulis pada 2009, mengapa kami harus percaya bahwa Anda berkeyakinan sesuatu terjadi pada 1944?" tanya jaksa Ernest "Chip" Finney III, Selasa (21/1/2014).

Circuit Hakim Carmen Mullen mengatakan, tugasnya dalam kasus ini bukan memutuskan Stinney bersalah atau tidak dalam perkara pembunuhan 70 tahun lalu. Dia mengatakan, sidang hanya akan memastikan apakah Stinney mendapatkan keadilan atau tidak di pengadilan pada 1944.

"Apa yang bisa saya lakukan? Apa saya bisa memperbaiki (putusan saat itu)?" tanya Mullen pada awal sidang pemeriksaan. "Kalaupun kita coba lagi (membuka perkara pembunuhan itu), apa hasilnya? Sekali lagi, tak satu pun dari kita punya kekuatan untuk membawa anak 14 tahun itu kembali."

Bila Mullen mendukung Stinney, hampir pasti pintu akan terbuka untuk ratusan banding dari kasus lain. Meski demikian, Mullen mengakui bahwa kasus Stinney memang tidak biasa. "Tidak ada seorang pun di sini bisa membenarkan seorang anak 14 tahun yang dikenakan (tuduhan), diadili, divonis, dan dieksekusi hanya dalam 80 hari," kata dia.

Halaman:
Sumber AP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com