KOMPAS.com - Hubungan Rusia dan China terus terjalin dengan baik pada masa kepemimpinan presiden masing-masing negara, Vladimir Putin dan Xi Jinping.
Terbaru, Xi Jinping dijadwalkan mengunjungi Rusia pada 20-22 Maret 2023 dan disebut akan bertemu Putin dua kali.
Dikutip dari kantor berita AFP pada Minggu (19/3/2023), berikut adalah sejarah hubungan China dan Rusia selama kekuasaan Xi dan Putin.
Baca juga: Xi Jinping Berkunjung ke Rusia, Lakukan “Sowan Perdamaian” ke Putin
Rusia dan China menjalin ikatan ideologis yang erat pada awal periode Perang Dingin, berakar dari sejarah umum revolusi komunis mereka.
Namun, hubungan kedua negara sempat membeku selama tiga dekade ketika terjadi perpecahan China-Soviet pada 1960-an.
Hubungan Moskwa dan Beijing semakin kuat setelah pecahnya Uni Soviet. Dalam beberapa tahun terakhir, Xi Jinping dan Putin sama-sama menentang yang mereka sebut hegemoni internasional Barat.
Putin pada Minggu (19/3/2023) mengatakan, hubungan Rusia dan China sekarang berada di titik tertinggi.
Kedua negara bertetangga yang sama-sama luas ini membangun hubungan perdagangan ekonomi erat selama puluhan tahun terakhir, dan China sekarang menjadi pembeli terbesar minyak Rusia.
Ikatan ini tetap kuat selama perang Ukraina. Perdagangan China dengan Rusia mencapai rekor 190 miliar dollar AS (Rp 2,91 kuadriliun) tahun lalu, menurut data bea cukai Beijing.
Hubungan ekonomi Moskwa dengan Uni Eropa banyak terputus oleh gelombang sanksi, sehingga China menjadi pelanggan yang lebih penting untuk ekspor Rusia.
Kunjungan Xi Jinping ke Rusia terjadi ketika perdagangan bilateral terus tumbuh. Impor dan ekspor China menunjukkan pertumbuhan tahunan dua digit pada Januari dan Februari 2023.
Baca juga: Memaknai Misi Xi Jinping Kunjungi Rusia
Xi Jinping menyebut Putin sebagai "teman lama" saat menyapa Presiden Rusia itu di KTT regional di Uzbekistan, September 2022.
Meskipun berulang kali didesak oleh para pemimpin Barat, Xi Jinping sejauh ini menolak mengecam invasi Ukraina.
Bagi Xi Jinping, menunjukkan panggilan akrab secara terbuka menunjukkan memperlihatkan kedekatannya dengan Putin dan memungkinkan dia meningkatkan reputasi sebagai negarawan terkemuka.
Ini sejalan dengan ambisi Xi Jinping untuk membuat China memainkan peran lebih besar di panggung global.
Kuatnya sektor teknologi dan kemampuan manufaktur yang maju sekarang sangat kontras dengan ekonomi Rusia yang sebagian besar bergantung pada energi.
Pada 2022, perekonomian Rusia kira-kira sepuluh kali lebih kecil dari China, menurut perkiraan PDB dari Bank Dunia.
Kurangnya aliansi militer formal atau kerangka ideologis inti menyebabkan beberapa analis menyebut hubungan China dan Rusia hanya transaksional.
Ketegangan pada ekonomi Rusia dan status paria internasional Putin--yang pekan lalu ditambah oleh surat perintah penangkapan dari Pengadilan Kriminal Internasional untuk kejahatan perang--membuat hubungan semakin timpang saat perang tak kunjung usao.
"Putin ingin hubungan yang seimbang dengan China, seperti halnya saudara kembar, tapi bukan begitu jadinya," kata analis Timothy Ash kepada AFP.
Baca juga: Xi Jinping Akan Temui Putin di Rusia, Ukraina Cemas
"Rusia tidak punya pilihan lain (selain beralih ke China)," lanjutnya menerangkan tentang hubungan Rusia dan China.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.