Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penjelasan Kenapa Bahasa Inggris Itu Susah bagi Penderita Disleksia

Kompas.com - 19/03/2023, 23:00 WIB
BBC News Indonesia,
Aditya Jaya Iswara

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Menulis dalam bahasa Inggris bisa menjadi tantangan--bahkan jika bahasa Inggris merupakan bahasa ibu Anda.

Alex menyukai buku dan bahasa. Kedua orang tuanya adalah penutur asli bahasa Inggris, tetapi keluarganya tinggal di Jepang. Jadi, Alex berbicara bahasa Inggris di rumah dan bahasa Jepang di sekolah.

Namun, pada usia 13 tahun, Alex didiagnosis menderita disleksia, kesulitan belajar yang memengaruhi kemampuan membaca dan menulis.

Baca juga: Sejumlah Dugaan Kenapa Miliarder China Sering Hilang

Menurut hasil tes, level membaca bahasa Inggrisnya setara dengan anak usia enam tahun. Hasilnya mengejutkan.

"Ketika hasil tesnya keluar, mereka mengatakan: sebenarnya, tulisanmu mengerikan," kata Alex mengenang momen itu.

"Saya pikir waktu itu saya mengerjakannya dengan baik. Ya, ada sedikit kesulitan, tetapi saya berasumsi semua orang sedang berjuang. Faktanya, angka-angka yang keluar cukup menghancurkan dari sudut pandang saya."

Bagi para peneliti, kejutan yang lebih besar adalah kemampuannya menggunakan bahasa lain. Ketika dia diuji dalam bahasa Jepang pada usia 16 tahun, literasinya tidak hanya bagus, tetapi juga luar biasa.

"Kami membandingkan hasil tes bahasa Jepangnya dengan mahasiswa-mahasiswa Jepang berusia 20 tahun," kata Taeko Wydell, seorang profesor ilmu saraf kognitif di Universitas Brunel London, dan salah satu peneliti yang mempelajari kasus Alex pada akhir 1990-an dan awal 2000-an.

"Dia sering setara, dan terkadang lebih baik, daripada mahasiswa-mahasiswa itu. Jadi, dia adalah pembaca yang sangat cakap dalam bahasa Jepang." Tulisannya juga sangat bagus.

Alex sendiri tidak terlalu terkejut dengan hasil tes bahasa Jepang. Lagipula, dia suka membaca dan dia banyak membaca.

Yang lebih membuatnya bingung adalah kesulitan yang dia hadapi dalam bahasa Inggris.

Seperti yang ditunjukkan oleh tes, "Saya berbicara dengan sangat baik, dan kosakata saya banyak, tetapi saya tidak bisa melafalkannya dengan baik. Itu jadi pukulan yang cukup keras bagi kepercayaan diri saya, tetapi di saat yang sama juga menjadi hal yang menarik."

Bagaimana kondisi dramatis ini mungkin terjadi, mengingat disleksia umumnya dianggap sebagai kondisi bawaan seumur hidup?

Jawabannya terletak pada bagaimana otak kita memproses penulisan--dan bagaimana bahasa yang berbeda ditulis.

Seorang anak berlatih menulis aksara Jepang.GETTY IMAGES via BBC INDONESIA Seorang anak berlatih menulis aksara Jepang.
Mereka yang bisa membaca dengan mudah, mungkin terkejut apabila mendengar betapa kerasnya kerja otak untuk memahami tanda-tanda pada sebuah halaman.

Membaca membutuhkan memori verbal yang baik.

Dalam bahasa Inggris, pembaca juga harus tahu suara mana yang diwakili oleh huruf yang berbeda, dan bagaimana suara itu membentuk kata-kata.

Keterampilan itu dikenal sebagai kesadaran fonologi. Dalam KBBI, fonologi artinya bidang dalam linguistik yang menyelidiki bunyi-bunyi bahasa menurut fungsinya.

Baca juga: Sejarah Kenapa Lato-lato Viral: Dipatenkan di Jerman hingga Akhirnya Dilarang

Anak-anak dengan disleksia biasanya mengalami kesulitan pada tahap itu. Mereka mungkin tidak dapat mengatakan suara mana yang membentuk kata "panas" (hot), bagaimana kata itu berbeda dari "topi" (hat), dan kata apa yang Anda dapatkan jika Anda mengganti "h" dengan "p".

Sampai hari ini, Alex (yang memilih untuk tidak memberikan nama lengkapnya karena alasan privasi) mengaku kesulitan untuk membedakan antara kata-kata serupa seperti "spear" (tombak) dan "spare" (meluangkan).

Dia juga kesulitan membaca dengan keras karena melibatkan aspek tambahan lagi dari pemrosesan fonologi.

Kesulitan fonologi itu tidak terlalu menjadi masalah dalam teks dengan lebih banyak karakter berbasis gambar, seperti tulisan Jepang.

Namun, bukan itu saja. Sebagai permulaan, bahasa Jepang juga memiliki kata-kata yang dieja, tetapi mengeja kata-kata itu masih lebih mudah daripada dalam bahasa Inggris. Hal itu tidak hanya dialami Alex.

Cerita Alex adalah contoh dramatis dari fenomena yang jauh lebih luas, memengaruhi orang-orang dari semua kemampuan: seberapa baik Anda membaca dan menulis dapat bergantung pada bahasa yang Anda gunakan.

Pertimbangkan, misalnya, berapa lama waktu yang dibutuhkan anak-anak untuk belajar membaca dalam bahasa yang berbeda, atau lebih khusus lagi, dalam ortografi (sistem ejaan) yang berbeda.

"Ada cukup banyak bukti bahwa belajar membaca dalam bahasa Inggris membutuhkan waktu lebih lama karena lebih sulit daripada ortografi lainnya," kata Karin Landerl, seorang profesor psikologi perkembangan di Universitas Graz, Austria.

Anak-anak yang berbicara bahasa yang beragam seperti Welsh, Spanyol, Ceko, Finlandia, dan banyak lainnya, semuanya cenderung belajar membaca lebih cepat daripada penutur bahasa Inggris.

Anak-anak Welsh dapat membaca lebih banyak kata dalam bahasa Welsh daripada anak-anak Inggris pada usia yang sama dalam bahasa Inggris.

Di Finlandia, sebagian besar anak-anak dapat membaca dalam beberapa bulan setelah mulai sekolah, sementara itu anak-anak berbahasa Inggris membutuhkan waktu lebih lama.

Sebuah studi yang membandingkan anak-anak yang belajar membaca dalam bahasa Inggris, Spanyol, dan Ceko menemukan bahwa keterampilan membaca dalam dua bahasa terakhir meningkat, tak lama setelah pengajaran dimulai. Sementara anak-anak berbahasa Inggris berkembang lebih lambat.

Sebuah bangku di Bogota, Kolombia, bertuliskan pesan-pesan berbahasa Spanyol dan Inggris, mengundang orang-orang yang lewat untuk rehat sambil meminum kopi.GETTY IMAGES via BBC INDONESIA Sebuah bangku di Bogota, Kolombia, bertuliskan pesan-pesan berbahasa Spanyol dan Inggris, mengundang orang-orang yang lewat untuk rehat sambil meminum kopi.
Salah satu alasannya adalah pengejaan bahasa Inggris agak kacau. Ketika pengucapan banyak kata dalam bahasa Inggris berubah dari waktu ke waktu, ejaannya tetap sama, kata Landerl.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com