Namun dia lebih banyak memahami bagaimana menyempurnakan potongan dari kebaya.
“Saya pernah ada di lingkungan ‘seberapa cepat kita bisa membuat sesuatu?’,” kata Stube.
“Kami kehilangan koneksi kami untuk menciptakannya dan kehilangan diri kami sendiri sebagai pembuatnya. Sangat menyenangkan bahwa saya memilih memperlambat (prosesnya) untuk membuat sesuatu yang penting bagi saya dan kemudian saya akan memakanya. Hubungan ini, komunitasnya, dan bagaimana kami duduk bersama sangat penting.”
Meski telah berusia berabad-abad, kebaya telah menunjukkan bahwa dia selalu mendapat tempat di hati dan di lemari pakaian orang-orang di Asia Tenggara.
Versi bahasa Inggris dari artikel berjudul The Asian blouse that tells a tale of many cultures ini dapat Anda simak di BBC Travel.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.