Permainan yang kemudian disebut Klick-Klack-Kugeln ini lalu dipatenkan di Jerman. Per Agustus 1971, mainan ini terjual sebanyak 1 juta buah dan 10 juta lainnya diekspor ke seluruh dunia.
Permainan ini bertujuan mempertahankan kestabilan ritme gerakan bandul. Ini akan menyebabkan suara "tek-tek-tek" yang keras.
Sekilas tak terlihat ada hal yang aneh dengan permainan ini, hanya mengayun bandul atau bola polimer. Namun ada beragam atraksi atau trik gaya yang bisa dilakukan agar permainan jauh lebih menantang dan terlihat keren.
Tak jarang aksi-aksi ini menyebabkan berbagai kecelakaan dan melukai orang. Bola keras dan berat yang saling diadu dan dibuat dari akrilik atau polimer bisa pecah saat diadu. Bahkan di Amerika, permainan ini digolongkan berbahaya dan dilarang untuk dimainkan.
Generasi bola lato-lato yang dibuat tahun 1990-an terbuat dari plastik modern yang disebut-sebut tidak mudah pecah. Warnanya pun dibuat lebih cerah sehingga lebih menarik perhatian. Tahun 2000-an mainan hidup kembali di Mesir dan disukai anak sekolah.
Hanya saja tak lama setelah populer, pemerintah melarangnya. Mengutip laman itus berita New Arab yang berbasis di London, Inggris, pada tahun 2017 pemerintah Mesir melarang penjualan mainan ini, bukan karena bahaya, tapi namanya dinilai menyinggung pemerintah.
Permainan bandul "bergoyang" ini di Mesir disebut Sisi's Ball atau Bola Sisi yang dianggap mengacu pada alat vital Presiden Mesir Abdel Fattah El-Sisi. Polisi kemudian menangkap 41 penjual mainan itu dan menyita 1.403 mainan itu.
Baca juga: Siapa Bunda Corla dan Kenapa Viral? Ini Kisah Hidupnya di Jerman
Di Indonesia mainan ini juga sebenarnya sudah ada sejak tahun 1970-an. Ada yang mengenalnya dengan nama noknok, tergantung wilayahnya.
Berbagai sumber menyebutkan bahwa penamaan lato-lato diambil dari bahasa Bugis yang berarti klakson. Ada juga yang menyebutnya sebagai katto-katto yang juga punya arti sama.
Sekitar akhir tahun 2022, mainan ini kembali trending usai Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dan Presiden Jokowi bermain lato-lato. Setelahnya bak jamur di musim hujan, lato-lato mulai dimainkan anak-anak.
Kenapa mainan ini bisa begitu populer? Dosen Program Studi Ilmu Sejarah Universitas Airlangga, Ikhsan Rosyid Mujahidul Anwari, menyebut kepopuleran kembali lato-lato disebabkan karena sifat manusia sebagai homo ludens atau mahluk yang suka bermain.
Karena itu, manusia punya permainan tren di setiap era. Namun ini juga tergantung pada perkembangan ekonomi dan zaman.
"Siapa yang menyebabkan permainan ini populer? Salah satunya produsen media permainan anak dan saya kira hal ini akan berulang pada waktu mendatang," kata Ikhsan dalam pernyatannya.
Media sosial dan teknologi terkini juga disebut jadi salah satu faktor yang menyebabkan lato-lato jadi viral dan disukai anak-anak di Indonesia.
Seringnya anak bermain lato-lato dengan berbagai aksi dan trik tak ayal memicu terjadinya kecelakaan. Seorang anak di Kubu Raya, Kalimantan Barat, harus menjalani operasi mata karena terkena serpihan lato-lato yang pecah. Sementara seorang anak asal Sukabumi, Jawa Barat, juga terluka karena lato-lato.