Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenapa China dan Taiwan Bermusuhan?

Kompas.com - 04/08/2022, 19:45 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber BBC

China pernah mengusulkan opsi "satu negara, dua sistem", yang katanya akan memungkinkan otonomi signifikan bagi Taiwan jika setuju berada di bawah kendali Beijing. Sistem ini berhasil mengembalikan Hong Kong ke China pada 1997.

Namun, Taiwan menolak tawaran itu dan China bersikeras bahwa Pemerintah ROC Taiwan tidak sah.

Pada tahun 2000, Taiwan memilih Chen Shui-bian sebagai presiden yang membuat Beijing khawatir. Chen dan partainya, Partai Progresif Demokratik (DPP), secara terbuka mendukung "kemerdekaan".

Setahun setelah Chen Shui-bian terpilih kembali pada 2004, China mengesahkan undang-undang anti-pemisahan, yang menyatakan hak China untuk menggunakan "cara tidak damai" terhadap Taiwan jika mencoba untuk memisahkan diri dari China.

Chen Shui-bian digantikan oleh Ma Ying-jeou dari KMT pada 2008 yang mencoba meningkatkan hubungan melalui perjanjian ekonomi.

Delapan tahun kemudian, pada 2016, terpilih presiden Taiwan saat ini Tsai Ing-wen yang sekarang memimpin DPP dan condong pada kemerdekaan.

Hubungan semakin meruncing pada 2018 ketika Beijing meningkatkan tekanan pada perusahaan internasional. Jika mereka tidak mencantumkan Taiwan sebagai bagian dari China di situs webnya, China mengancam akan memblokirnya dari bisnis di "Negeri Panda".

Baca juga: Sejarah Kenapa China Disebut Tiongkok di Indonesia

Pada 2020 Tsai Ing-wen memenangi masa jabatan kedua dengan memecahkan rekor 8,2 juta suara.

Perolehan ini dipandang sebagai penghinaan terhadap Beijing, sehingga menjadi alasan lain kenapa China dan Taiwan bermusuhan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Sumber BBC
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com