Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Orang Jepang Tidur di Lantai?

Kompas.com - 25/05/2022, 19:00 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

KOMPAS.com - Orang Jepang terbiasa dengan kebiasaan tidur di lantai. Di atas tikar tatami tipis, mereka bisa menghabiskan malam dan bermimpi indah.

Lalu, sebenarnya dari mana asal tradisi yang berbeda dari budaya Barat yang umumnya tidur di kasur?

Dilansir laman Japan Junky, bukti bahwa masyarakat Jepang tidur di lantai berasal dari abad ke-10 ketika tikar rami diletakkan di atas lantai yang keras untuk tujuan tidur.

Selama periode Nara, orang-orang kaya mulai menambah tikar rami mereka dengan bantal bertekstur.

Baca juga: 8 Budaya Jepang Paling Terkenal di Dunia

Pada abad pertengahan mulai ada pengenalan selimut yang ditempatkan di atas tubuh saat tidur di tikar rami demi mempertahankan kehangatan.

Meskipun material telah berkembang pesat sejak zaman ini, sejarah membentuk kebudayaan yang bisa dilihat di Jepang hingga saat ini.

Umumnya, permukaan tempat tidur orang Jepang disebut tatami, yang terbuat dari jerami padi.

Tekstur tatami mirip seperti matras yoga yang sangat tipis. Beberapa rumah memiliki tikar tatami portabel yang dilipat pada siang hari, yang lain telah memasang lantai tatami permanen di kamar tidur.

Rumah-rumah tua mungkin seluruhnya terdiri dari lantai tatami karena ini adalah gaya tradisional.

Baca juga: Tak Pernah Lihat Manggis, Sahabat Jerome Polin dari Jepang: Serius Enak Banget

Banyak orang Jepang memilih untuk meletakkan futon (semacam kasur ringan yang dapat dilipat) di atas tatami.

Futon Jepang jauh lebih tipis daripada futon Barat. Tebalnya cenderung sekitar tiga dari empat inci, berlawanan dengan ketebalan “kasur”.

Futon Jepang terbuat dari bahan katun. Kasur ini juga dikenal sebagai "tempat tidur gulung Jepang".

Memang, banyak rumah Jepang memiliki bantal gaya Barat, tapi yang lain lebih memilih soba gara makura tradisional.

Ini adalah bantal yang diisi dengan sekam soba, yang memberikan perasaan sedikit lebih runcing daripada bantal rata-rata dan menciptakan lebih banyak suara saat bergerak.

Baca juga: Kenapa di Jepang Tidak Boleh Bilang Cincin dan Mangkok, Ini Sebabnya

Sementara itu selimut tradisional Jepang dikenal sebagai kakefuton, dan umumnya terbuat dari serat sutra.

Kakefuton memang tipis, tetapi sutranya memungkinkan panas dipertahankan atau disebarkan dengan tepat tergantung pada cuaca.

Alasan Orang Jepang Tidur di Lantai

Ada sejumlah alasan praktis untuk tidur di lantai di Jepang. Salah satu alasannya adalah ruang. Tidur di lantai berarti ruangan bisa digunakan untuk berbagai keperluan di siang hari.

Akan ada area yang cukup luas untuk menampung tamu, belajar, bersantai. Jika tamu memutuskan untuk bermalam, yang dibutuhkan hanyalah tempat tidur tambahan.

Tidur bersama adalah fenomena umum di keluarga Jepang. Anak-anak akan sering tidur di kamar yang sama dengan orang tua mereka.

Susunan futon memiliki manfaat keamanan dalam hal ini, karena memungkinkan ruang yang sesuai antara setiap orang dan dengan demikian mencegah kepanasan atau cedera yang tidak disengaja pada anak kecil dan bayi.

Baca juga: Hitoshi Shimizu, Ahli Propaganda Jepang yang Membantu Indonesia

Untuk anak-anak yang membutuhkan tidur siang secara teratur, pengaturan futon memungkinkan area bermain diubah menjadi ruang tidur pada saat itu juga.

Kembali ke soal keamanan, bukan rahasia lagi kalau Jepang memang rawan gempa. Jika terjadi gempa bumi, rangka tempat tidur yang besar dan berat dapat menyebabkan cedera pada orang di dalam ruangan, atau menghalangi jalan keluar dari evakuasi.

Kasur lantai adalah pilihan yang jauh lebih aman dalam hal ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com