Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Negara Mana yang Paling Banyak Membeli Senjata Rusia?

Kompas.com - 10/04/2022, 21:02 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Al Jazeera

MOSKWA, KOMPAS.com - Rusia adalah pengekspor senjata terbesar kedua di dunia, di belakang Amerika Serikat (AS), menyumbang sekitar 20 persen dari penjualan senjata global.

Antara 2016 dan 2020, Moskwa menjual senjata senilai 28 miliar dollar AS ke 45 negara.

Baca juga: Kalau Eropa Berhenti Membeli, Ke Mana Rusia Menjual Gasnya?

Rusia mengekspor hampir 90 persen senjatanya ke 10 negara.

Pelanggan terbesarnya, India, membeli 23 persen senjata Rusia dengan harga sekitar 6,5 miliar dollar AS selama lima tahun terakhir. Setengah dari total impor senjata India, 49,3 persen, berasal dari Rusia.

China adalah pembeli persenjataan Rusia terbesar kedua dengan 5,1 miliar dollar AS selama periode yang sama, diikuti oleh Aljazair (4,2 miliar dollar AS), Mesir (3,3 miliar dollar AS), dan Vietnam (1,7 dollar AS), menurut Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI), dilansir dari Al Jazeera.

Baca juga: Hadapi Rusia, Zelensky Siap Bertempur Habis-habisan, PM Inggris Bertekad Beri Segala Bantuan

Senjata yang dijual Rusia

Rusia mengekspor berbagai senjata termasuk pesawat, mesin, rudal, kendaraan lapis baja dan sistem pertahanan udara.

Pesawat mendominasi hampir setengah (48,6 persen) dari ekspor senjata Rusia. Antara 2016 dan 2020 Rusia mengirimkan sekitar 400 jet tempur termasuk keluarga jet Sukhoi dan MiG, ke setidaknya 13 negara.

India membeli setidaknya setengah dari mereka. India juga salah satu dari hanya enam negara di dunia, yang mengoperasikan kapal selam bertenaga nuklir yang disewa dari Rusia.

Banyak senjata Rusia ditingkatkan ke persenjataan era Soviet mereka, tapi Rusia semakin mengembangkan sistem yang lebih maju. Salah satunya adalah sistem pertahanan rudal permukaan-ke-udara S-400, yang telah dijual ke China, India, Suriah, dan Turki.

Beberapa negara lain telah menyatakan minatnya untuk membeli sistem mobile jarak jauh, yang harganya sekitar 400 juta dollar AS per unit.

Baca juga: Waspadai Invasi Rusia di Masa Depan, NATO Berencana Permanenkan Pasukan di Perbatasan

AK-47: Senjata paling menonjol di dunia

Senjata Rusia yang paling terkenal adalah AK-47, atau Kalashnikov.

Dikembangkan oleh jenderal tentara Soviet Mikhail Kalashnikov pada 1940-an, senapan serbu satu ini terkenal murah, tahan lama, dan mudah digunakan.

AK-47 adalah senjata infanteri standar untuk lebih dari 100 negara. AK mengacu pada "Avtomat Kalashnikova", bahasa Rusia untuk Kalashnikov otomatis, dan angka "47" mewakili tahun pembuatan senapan.

Diperkirakan ada 100 juta AK-47, atau varian serupa, di seluruh dunia, menjadikannya senapan serbu yang paling banyak dimiliki di dunia.

Baca juga: Biografi Tokoh Dunia: Mikhail Kalashnikov, Pencipta AK-47 Senjata Paling Mematikan di Dunia

Negara dengan anggaran militer terbesar di dunia

Pada 2020, AS menghabiskan 778 miliar dollar AS untuk angkatan bersenjatanya – pengeluaran militer terbesar di dunia. Anggaran itu bahkan masih lebih banyak dari total gabungan 10 negara dengan pengeluaran tertinggi berikutnya, menurut SIPRI.

China berada di peringkat kedua dengan 252 miliar dollar AS, diikuti oleh India dengan 73 miliar dollar AS, Rusia dengan 62 miliar dollar AS, dan Inggris Raya dengan 59 miliar dollar AS.

Pengeluaran militer Rusia

Pengeluaran militer Rusia tumbuh secara signifikan selama tiga dekade terakhir. Pada tahun 2020, Moskwa menghabiskan sekitar 62 miliar dollar AS (4 persen dari PDB) untuk militernya.

Industri senjata Rusia terdiri dari sekitar 1.300 perusahaan yang mempekerjakan sekitar dua juta orang. Yang terbesar dari perusahaan-perusahaan ini adalah Rostec, didirikan pada 2007 oleh Presiden Vladimir Putin.

Rusia mengalami sejumlah konflik sejak menjadi federasi setelah pembubaran Uni Soviet pada Desember 1991.

Baca juga: Ukraina Terkini: Kyiv Larang Semua Impor dari Rusia

Pada 1994, Kremlin melancarkan serangan terhadap Chechnya, sebuah republik yang memisahkan diri yang berbatasan dengan Georgia. Serangan dilakukan untuk menghancurkan kepemimpinan separatis Chechnya, tetapi Rusia kalah setelah pertempuran 20 bulan.

Tiga tahun kemudian, Rusia melancarkan Perang Chechnya kedua untuk merebut kembali republik tersebut. Militer Rusia berhasil mengepung Grozny, ibu kota Chechnya, sehingga PBB menyebutnya "kota paling hancur di Bumi".

Pada 2014, Rusia menginvasi Ukraina dan mencaplok Krimea. Sebulan kemudian, separatis pro-Rusia mulai merebut wilayah di wilayah Donetsk dan Luhansk di Ukraina timur.

Pada 2015, Rusia secara resmi memasuki perang saudara Suriah di pihak Presiden Bashar al-Assad, dan persenjataan beratnya berhasil menggeser dinamika di lapangan. Perang yang kini memasuki tahun kesebelas ini, telah menelantarkan puluhan juta orang dan menewaskan ratusan ribu orang.

Pada 2018, pemerintah Republik Afrika Tengah – yang terlibat dalam perang saudara – mengundang Rusia untuk mengirim kontraktor militer untuk melatih angkatan bersenjatanya.

Pakar PBB telah berulang kali menyatakan keprihatinan atas laporan "pelanggaran hak asasi manusia yang berat" oleh tentara bayaran. Rusia telah menolak klaim ini.

Baca juga: Rudal S-300, Sistem Pertahanan Udara Terkuat Ukraina Saat Ini, Seperti Apa Kemampuannya?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Al Jazeera
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com