KOMPAS.com - Siapa orang yang pertama kali menentukan jumlah hari dalam setahun? Pertanyaan remeh-temeh, jawabannya mungkin tak banyak yang tahu.
Jawabannya adalah sosok bernama Al Battani, seorang ahli astronomi dan matematikawan muslim. Pengaruhnya cukup signifikan, khususnya pada abad pertengahan.
Ia memiliki karya yang sangat populer, yaitu Kitab al Jiz, yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan dikutip banyak astronom, termasuk Copernicus.
Baca juga: Harga Al Quran di Libya Naik saat Ramadhan, Begini Solusi Umat Muslim Libya
Battani punya penemuan terbesar yang diakui kalangan ilmuwan Eropa dan sangat berpengaruh terhadap kehidupan manusia.
Dia menemukan bahwa dalam setahun ada 365,24 hari.
Atas pencapaiannya itu, ia bahkan disebut-sebut sebagai astronom terbesar Islam pada abad pertengahan.
Al Battani lahir sekitar tahun 858 di Harran dekat Urfa, Turki, yakni wilayah Albategnius, dengan nama Abu Abdullah Muhammad bin Jabir bin Sainan al-Raqqi al-Harrani al-Sabi al-Battani.
Sejak kecil, Battani tertarik pada keilmuan yang digeluti ayahnya, yaitu ilmu pengetahuan mengenai benda-benda langit. Ketertarikannya tersebut membuatnya bertekad mempelajari astronomi.
Baca juga: Muslim Ukraina Rayakan Ramadhan di Tengah Perang, Berbagi Roti dan Santuni Yatim
Ketika usianya menginjak 20 tahun, keluarganya pindah ke Raqqah. Di sana ia semakin giat belajar ilmu astronomi dan mulai melakukan penelitian.
Di Raqqah, Battani mulai mempelajari naskah kuno karya Ptolomeus yang semakin membuatnya jatuh cinta pada astronomi.
Saat mempelajari ilmu astronomi, ia menemukan suatu penemuan besar, yaitu aphelium, titik terjauh bumi saat mengelilingi matahari tiap tahunnya.
Al Battani menemukan bahwa posisi diameter matahari berbeda dengan yang dijelaskan oleh Ptolomeus dalam karyanya.
Temuannya itu juga berbeda dengan teori yang dikemukakan oleh ahli Yunani kuno sebelumnya.
Battani semakin leluasa memelajari naskah kuno Ptolomeus pada era kejayaan Dinasti Abbasiyah di bawah pimpinan Harun al Rasyid.
Baca juga: Serba Mahal, Muslim di Afrika dan Timur Tengah Hadapi Ramadhan dengan Berhemat
Setelah Romawi runtuh di Eropa Barat, Dinasti Abbasiyah memerintahkan membeli buku sebanyak-banyaknya untuk kemudian diterjemahkan.
Pada akhirnya, Battani berkontribusi dalam memperbaiki tatanan tata surya dan mengembangkan teori Ptolomeus menjadi lebih akurat.
Selain itu, pengamatannya juga berhasil memperbaiki pengukuran Ptolomeus tentang kemiringan sumbu.
Melalui serangkaian pengamatannya itu, Battani kemudian menemukan bahwa dalam satu tahun ada 365,24 hari.
Pada 918, ia mulai tertarik dengan matematika. Kontribusi terbesar Al Battani dalam bidang matematika adalah mengenalkan penggunaan trigonometri.
Penemuannya memberikan pengetahuan baru dalam penghitungan matematika yang lebih kompleks dan masih digunakan hingga sekarang.
Baca juga: Penjara Australia Dituduh Sajikan Daging Babi ke Napi Muslim
AlBattani meninggal pada 929 dalam perjalanan pulang dari Qar al Jiss (Irak) ke Bagdad. Namanya kemudian dikenal sebagai bapak astronomi Islam abad pertengahan.
Penemuannya yang menyatakan bahwa dalam satu tahun ada 365,24 hari diakui sangat akurat, bahkan dipakai Christopher Clavius, matematikawan Jerman, untuk memperbaiki kalender Julian.
Atas izin Paus Gregorius XIII, kalender Julian diubah dengan perhitungan yang baru dan mulai digunakan pada 1582 hingga sekarang.
Ringkasan pemikirannya dipakai sebagai rujukan para astronom dan astrolog Barat.
Baca juga: Muslim Dunia Mengeluh Jelang Ramadhan, Perang Rusia-Ukraina Naikkan Harga Pangan Tak Biasa
Referensi:
Gunadi, R.A. (2003). Dari Penakluk Jerusalem hingga Angka Nol. Jakarta: Penerbit Republika.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.