MADELEINE Albright, perempuan pertama Amerika Serikat (AS) yang menjadi Menteri Luar Negeri AS, meninggal pada Rabu (23/3/2022) siang waktu setempat.
Datang sebagai kanak-kanak pengungsi, jejak diplomasinya disandingkan dengan sosok Margareth Tachter yang pernah menjadi Perdana Menteri Inggris.
Harian Kompas edisi 7 Desember 1996 memprofilkannya dengan judul Madeleine Albright, Wanita Besi dari AS, saat namanya diusulkan ke Senat AS untuk menjadi Menteri Luar Negeri.
Sosok Albright digambarkan sebagai orang yang hati-hati tetapi terus terang dalam berbicara, hangat tetapi keras. Saat menjadi Duta Besar AS di PBB, Albright punya reputasi sebagai orang yang berbicara keras, cenderung sinis dan galak.
Meski demikian, Albright juga sempat bikin para tamu dan penjamunya blingsatan di Kuala Lumpur pada 29 Juli 1997, di tengah makan malam perpisahan dengan para pemimpin ASEAN.
"Harus saya akui, para pria ASEAN paling seksi di antara kaum pria Asia," kata Albright seperti dikutip harian Kompas edisi 30 Juli 1997.
Di forum yang sama, Allbright mengubah lirik lagu Dont Cry Argentina dengan kata-kata tentang ASEAN dan para pemimpinya. Dia menyanyikan sendiri lagu dengan lirik yang sudah diubah itu.
Albright menjadi Menteri Luar Negeri AS di era Presiden Bill Clinton. Pernah menjadi Duta Besar AS untuk PBB, dia dianggap sebagai salah satu negarawan paling berpengaruh pada eranya.
Salah satu jejak lobinya adalah Operasi Orient Express yang menggagalkan pemilihan kembali Boutros Boutros Gali menjadi Sekjen PBB.
Baca juga: 10 Diplomat Paling Berpengaruh dalam Peristiwa Diplomasi Bersejarah
Dikutip dari AFP, Clinton dalam ungkapan dukanya untuk Albright menyebut perempuan ini sebagai kekuatan untuk kebebasan, demokrasi, dan hak asasi manusia.
"(Kematiannya) adalah kehilangan besar bagi dunia," kata Clinton, seperti dikutip AFP, Kamis (24/3/2022) pagi.
Presiden Joe Biden menyatakan Albright telah mengubah arus sejarah dunia dan tak segan menentang kesepakatan sekaligus merubuhkan hambatan, lagi dan lagi.
Dewan Keamanan PBB pada pertemuan Rabu petang waktu setempat, menghentikan sejenak aktivitas terkait krisis kemanusian Ukraina, untuk mengheningkan cipta bagi Albright.
Namun, bagi Albright, penunjukan tersebut disadari punya arti penting.
"Dulu, satu-satunya cara seorang perempuan dapat menyuarakan pandangannya soal kebijakan luar negeri adalah dengan menikahi diplomat lalu menumpahkan teh ke pangkuan duta besar (negara) yang bermasalah," ujar dia saat berpidato di forum Women in Foreign Policy Group.