Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Indonesian Insight Kompas
Kelindan arsip, data, analisis, dan peristiwa

Arsip Kompas berkelindan dengan olah data, analisis, dan atau peristiwa kenyataan hari ini membangun sebuah cerita. Masa lalu dan masa kini tak pernah benar-benar terputus. Ikhtiar Kompas.com menyongsong masa depan berbekal catatan hingga hari ini, termasuk dari kekayaan Arsip Kompas.

Madeleine Albright, Perempuan Pertama Jadi Menlu AS yang Pernah Sambangi Kim Jong Il

Kompas.com - 24/03/2022, 15:07 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

"Hari ini, perempuan terlibat dalam setiap aspek urusan global."

Albright memimpin Kementerian Luar Negeri di dunia pasca-Perang Dingin, ketika Amerika Serikat muncul sebagai satu-satunya negara adidaya.

Setelah era Margaret Thatcher menjalankan pemerintahan Inggris berakhir, Albright jadi wajah baru perempuan kuat di ajang diplomasi global, yang mampu memimpin diskusi penting para pemimpin dunia tentang pengendalian senjata, perdagangan, terorisme, dan masa depan NATO.

Baca juga: Profil Retno Marsudi: Nobody, Anak Gunung, dan Perempuan Pertama Jadi Menlu Indonesia

Rekam jejak

Lahir sebagai Marie Jana Korbelova di Cekoslowakia pada 15 Mei 1937, Albright datang ke Amerika Serikat sebagai pengungsi bersama keluarganya pada 1948 dan menjadi warga negara AS pada 1957.

Ayahnya, Josef Korbel, seorang diplomat, berpindah agama dari Yahudi ke Katolik setelah keluarganya melarikan diri ke London pada 1939 menghindari kejaran Nazi. 

Albright mengaku baru tahu soal darah Yahudi-nya di hari tua, termasuk fakta tiga dari kakek neneknya meninggal di kamp konsentrasi Nazi.

Fasih berbahasa Inggris, Ceko, Perancis, dan Rusia, gelar sarjana Albright didapat dari Wellesley College dan doktoral ilmu politiknya diraih di Columbia University. Setelah itu dia bekerja ke senator Edmund Muskie dari kubu Demokrat. 

Di era Presiden Jimmy Carter, Albright bergabung ke Dewan Keamanan Nasional di Gedung Putih. Carter lengser, Albright jadi dosen di Georgetown University, Washington. Meski begitu, suaranya terutama soal kebijakan luar negeri tetap dianggap berpengaruh di Demokrat. 

Pada 1993, Albright mendapat mandat menjadi Duta Besar AS untuk PBB. Mandat ini dia pegang sampai 1997 untuk berlanjut menjadi Menteri Luar Negeri AS pada tahun itu. 

Penyesalan Albright

Sebagai diplomat nomor satu Amerika, Albright menyerukan penggunaan kekuatan ketika konflik di Kosovo berubah menjadi pembersihan etnis.

Seruannya ini konsiten dengan sikap garis kerasnya ketika merespons Perang Bosnia saat dia masih menjadi Duta Besar AS di PBB.

Namun, tetap ada hal yang Albright sesali di sepanjang karier diplomasinya. Seperti diungkap Bloomberg, Albright menyebut penyesalannya adalah tragedi genosida Rwanda pada 1994 dan kegagalan mewujudkan perdamaian Timur Tengah. 

Pada 2012, Presiden Barack Obama menyebut keberanian dan ketangguhan Madeleine telah membawa perdamaian ke Balkan dan membuka jalan bagi kemajuan di beberapa sudut yang paling tidak stabil di dunia.

Pernyataan Obama itu disampaikan saat menyerahkan Presidential Medal of Freedom, penghargaan nasional tertinggi di Amerika Serikat bagi rakyat sipil.

Bertemu Kim Jong Il

Salah satu kunjungan terakhir Albright sebagai diplomat nomor satu Amerika Serikat adalah ke Korea Utara. Di sana dia bertemua dengan pemimpin Korea Utara, Kim Jong Il. 

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Junta Myanmar Dituding Pakai Warga Rohingya sebagai “Perisai Manusia”

Junta Myanmar Dituding Pakai Warga Rohingya sebagai “Perisai Manusia”

Internasional
Mengapa Banyak Sekali Tentara Rusia Tewas di Ukraina?

Mengapa Banyak Sekali Tentara Rusia Tewas di Ukraina?

Internasional
Kecerdikan dan Kegigihan Hamas dalam Memperoleh Senjata

Kecerdikan dan Kegigihan Hamas dalam Memperoleh Senjata

Internasional
Sosok Uskup Korban Penusukan Dalam Aksi Terorisme di Australia

Sosok Uskup Korban Penusukan Dalam Aksi Terorisme di Australia

Internasional
Persenjataan Hamas Semakin Banyak yang Justru Bersumber dari Israel

Persenjataan Hamas Semakin Banyak yang Justru Bersumber dari Israel

Internasional
Dari Mana Hamas Memperoleh Senjata?

Dari Mana Hamas Memperoleh Senjata?

Internasional
Perjalanan Hubungan Israel dan Iran, dari Sekutu Jadi Musuh

Perjalanan Hubungan Israel dan Iran, dari Sekutu Jadi Musuh

Internasional
Siapa Pemasok Terbesar Senjata untuk Israel?

Siapa Pemasok Terbesar Senjata untuk Israel?

Internasional
Apa Saja Jenis Persenjataan Militer Israel dan dari Mana Pasokannya?

Apa Saja Jenis Persenjataan Militer Israel dan dari Mana Pasokannya?

Internasional
Seberapa Kuat Militer Iran?

Seberapa Kuat Militer Iran?

Internasional
Serangan Iran ke Israel Tampaknya Direncanakan untuk Gagal

Serangan Iran ke Israel Tampaknya Direncanakan untuk Gagal

Internasional
Bagaimana Israel dan Sekutunya Cegat Lebih dari 300 Rudal dan Drone Iran?

Bagaimana Israel dan Sekutunya Cegat Lebih dari 300 Rudal dan Drone Iran?

Internasional
Seberapa Dekat Israel Singkirkan Hamas?

Seberapa Dekat Israel Singkirkan Hamas?

Internasional
Mengenal Sistem Pertahanan Iron Dome Israel

Mengenal Sistem Pertahanan Iron Dome Israel

Internasional
30 Tahun Genosida Rwanda yang Menewaskan 800.000 Orang

30 Tahun Genosida Rwanda yang Menewaskan 800.000 Orang

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com