Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siapa Rohingya dan Sejarah di Myanmar

Kompas.com - 22/03/2022, 12:30 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber AFP

3. Rohingya jadi korban pemerkosaan, pembunuhan, pembakaran

Kekerasan sektarian antara Muslim Rohingya Sunni dan komunitas Buddha lokal pecah pada 2012, menyebabkan lebih dari 100 orang tewas dan negara terbagi menurut agama.

Puluhan ribu orang Rohingya lalu melarikan diri selama lima tahun berikutnya ke Banglades dan Asia Tenggara, dengan perjalanan laut yang berbahaya dan dikendalikan oleh geng perdagangan brutal.

Terlepas dari penganiayaan selama beberapa dekade, sebagian besar orang Rohingya tidak melawan balik dengan kekerasan.

Baru pada 2016 sebuah kelompok militan kecil dan sebelumnya tidak dikenal yaitu Arakan Rohingya Salvation Army (ARSA) melancarkan serangkaian serangan yang terkoordinasi dengan baik dan mematikan terhadap pasukan keamanan.

Militer Myanmar pun menanggapinya dengan tindakan keras besar-besaran dengan alasan keamanan.

Diperkirakan 391.000 orang Rohingya melarikan diri ke Bangladesh pada 2017, menurut PBB. Mereka membawa serta kisah-kisah mengerikan tentang pembunuhan, pemerkosaan, dan pembakaran.

Baca juga: Militer Kembali Berkuasa, Etnis Rohingya di Myanmar Trauma Kembali Disiksa

4. Hubungan Suu Kyi dan Rohingya

Foto tertanggal 6 Mei 2016 menampilkan pemimpin de facto Myanmar Aung San Suu Kyi (kiri) bersama Menteri Luar Negeri Myanmar (tengah), dan Jenderal Min Aung Hlaing (kanan), di Naypyidaw, ibu kota Myanmar.AP PHOTO/AUNG SHINE OO Foto tertanggal 6 Mei 2016 menampilkan pemimpin de facto Myanmar Aung San Suu Kyi (kiri) bersama Menteri Luar Negeri Myanmar (tengah), dan Jenderal Min Aung Hlaing (kanan), di Naypyidaw, ibu kota Myanmar.
Setelah dipuji secara internasional atas perlawanan puluhan tahun terhadap junta Myanmar, pemerintahan Aung San Suu Kyi kemudian menepis kekhawatiran dunia tentang pelanggaran hak atas Rohingya.

Suu Kyi membela perilaku tentara dan pada 2019 ke Den Haag, Belanda, untuk membantah tuduhan genosida di pengadilan tinggi PBB.

Pada Februari 2021 dia dipenjarakan kembali oleh para jenderal yang dia bela saat Myanmar mengalami kudeta lagi.

Junta Myanmar saat ini mengeklaim pengadilan PBB tidak memiliki yurisdiksi dan meminta kasus tersebut dihentikan.

Statistik terbaru menunjukkan, sebanyak 850.000 orang Rohingya sekarang merana di kamp-kamp Banglades, dengan sekitar 600.000 lainnya di negara bagian Rakhine.

Baca juga: Orang-orang Rohingya Rayakan Aung San Suu Kyi Ditangkap Militer Myanmar

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com