KIEV, KOMPAS.com - Hubungan Ukraina dengan NATO berbelit-belit sejak negara itu merdeka pada 1991 setelah pecahnya Uni Soviet.
Semenjak itu, Ukraina terpecah antara Moskwa yang merupakan bekas penguasanya di era Soviet, dan badan-badan Barat yang ingin mereka ikuti.
Dikutip dari AFP pada Rabu (23/2/2022), berikut adalah rangkuman sejarah hubungan Ukraina dan NATO.
Baca juga: Apa Itu NATO dan Daftar Negara Anggotanya
Presiden Rusia Boris Yeltsin menerima pemungutan suara, lalu Rusia, Ukraina, dan Belarus membentuk Commonwealth of Independent States (CIS).
Namun, selama lima tahun ke depan, Ukraina mencari cara untuk membebaskan diri dari cengkeraman Rusia yang telah berlangsung selama tiga abad.
Dengan menganggap CIS sebagai upaya untuk membawa republik-republik bekas Soviet di bawah kendali Moskwa, Ukraina diam-diam berbalik ke arah Barat. Mereka menjalin hubungan dengan aliansi militer NATO yang dipimpin AS, dan langkah itu ditentang Rusia.
Setelah berakhirnya Perang Dingin, Ukraina, Rusia, Inggris, dan AS pada Desember 1994 sepakat untuk menghormati kemerdekaan, kedaulatan, dan perbatasan Ukraina. Kesepakatan itu sebagai imbalan bagi Ukraina yang meninggalkan senjata nuklir yang diwarisinya dari Uni Soviet.
Perjanjian itu menyelesaikan perselisihan kunci dengan mengizinkan Rusia mempertahankan kepemilikan sebagian besar kapal di armada Laut Hitam yang berbasis di Crimea, sementara mengharuskan Moskwa membayar Kiev biaya sewa sederhana untuk menggunakan pelabuhan Sevastopol.
Moskwa juga tetap menjadi mitra komersial terpenting Kiev, dengan Ukraina sepenuhnya bergantung pada minyak dan gas Rusia.
Ukraina diperingatkan Uni Eropa pada 2003 ketika menandatangani kesepakatan dengan Rusia, Belarus, dan Kazakhstan di Ruang Ekonomi Bersama.
Uni Eropa mengatakan, hal itu dapat menghalangi pemulihan hubungan Ukraina dengan blok tersebut dan keanggotaannya di Organisasi Perdagangan Dunia.
Baca juga: Apa Itu NATO dan Masalahnya dengan Rusia-Ukraina?
Keributan menyebabkan pemungutan suara dibatalkan dan pada Desember 2004 pemimpin oposisi pro-Barat Viktor Yuschenko, yang menjadi korban keracunan dioksin misterius saat kampanye, menjadi presiden.