Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ciri-ciri dan Evolusi Manusia Purba

Kompas.com - 22/02/2022, 11:00 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

KOMPAS.com - Kelompok manusia yang paling awal (manusia purba) pertama muncul di Afrika sekitar dua juta tahun yang lalu, jauh sebelum manusia modern (Homo sapiens) muncul di benua yang sama.

Perlu dipahami bahwa yang dimaksud dengan “Manusia" adalah siapa saja yang termasuk dalam genus Homo (bahasa Latin untuk "manusia").

Para ilmuwan masih tidak tahu persis kapan atau bagaimana manusia purba berevolusi, tetapi mereka telah mengidentifikasi beberapa manusia purba yang tertua. Apa yang kalian ketahui tentang manusia purba?

Baca juga: Persebaran Manusia Purba: Kronologi dan Alasan Migrasi Awal

1. Homo habilis

Homo habilis adalah salah satu manusia purba paling awal yang diketahui berevolusi. Mereka memiliki adaptasi unik dari bipedalisme, yang memungkinkannya berjalan dengan dua kaki.

Perkembangan itu memungkinkan manusia purba awal menggunakan tangannya untuk keperluan lain, seperti pengembangan alat dan penggunaan alat. Alhasil, Homo habilis kerap disebut “handy man”.

Hidupnya sekitar 2,4 juta tahun hingga 1,4 juta tahun yang lalu di Afrika Timur dan Selatan, dan punah di Afrika sekitar 1,5 juta tahun yang lalu.

Homo habilis tampak memiliki otak yang jauh lebih besar daripada australopith (kelompok kuno “manusia kera” yang disebut australopith), dan lebih mirip dengan otak spesies manusia kini.

Baca juga: Pemburu Fosil Temukan Kapak Purba hingga Kerangka Mamut di Inggris

2. Homo erectus ("manusia yang berdiri tegak")

Homo erectus berkembang di Afrika sekitar 2 juta tahun yang lalu, dan diperkirakan punah 143.000 tahun yang lalu. Berbeda dengan Homo habilis, tidak ada keraguan bahwa Homo erectus terlihat dan berperilaku seperti manusia.

Mereka menggunakan kakinya yang panjang untuk berpindah keluar dari Afrika dan menyebar ke seluruh Eurasia, sehingga menjadikannya spesies manusia purba paling awal yang diketahui bermigrasi jarak jauh.

Manusia purba jenis ini juga menjadi yang paling awal belajar mengendalikan api, dan mungkin yang pertama memasak makanan juga. Inovasi itu kemungkinan yang membantu peningkatan kualitas gizi keturunannya, dan membuka jalan evolusi otak yang lebih besar dan perilaku yang lebih canggih.

Perbandingan fitur tengkorak Homo naledi dan spesies manusia purba lainnya.via WIKIMEDIA COMMONS Perbandingan fitur tengkorak Homo naledi dan spesies manusia purba lainnya.

Baca juga: Intip Evolusi Tren Pakaian Manusia dari Zaman Purba hingga Abad ke-21

3. Homo neanderthalensis (Neanderthal)

Neanderthal muncul di Eurasia kira-kira 200.000 tahun yang lalu dan punah di sana sekitar 40.000 tahun yang lalu. Tulang dari Neanderthal saat ini telah ditemukan di seluruh Eropa, Asia Barat dan Asia Tengah.

Neanderthal adalah yang paling terkenal dari semua spesies manusia purba, karena merupakan jenis pertama yang ditemukan ilmuwan hampir 200 tahun yang lalu. Itu hanya beberapa dekade sebelum Darwin mengajukan teorinya tentang evolusi melalui seleksi alam.

Homo neanderthalensis kerap dicap sebagai “sepupu” spesies manusia modern, Homo sapiens. Kedua spesies tampaknya memiliki spesies “induk” yang sama (Homo heidelbergensis, yang kemungkinan merupakan keturunan Homo erectus).

Spesies Neanderthal telah membuat alat-alat batu dan tulang yang canggih, mengobati diri sendiri, membuat karya seni, dan mengendalikan api (baik dengan petir atau pengetahuan tentang sifat kimia mineral di lingkungan).

Baca juga: Fosil Elang Purba Berusia Sekitar 25 Juta Tahun Ditemukan di Australia

4. Denisova

Denisova diperkirakan berada di seluruh Asia timur antara sekitar 200.000 tahun yang lalu dan 50.000 tahun yang lalu.

Pada 2010, para peneliti “menemukannya” di laboratorium genetika, dengan menganalisis sampel DNA yang diambil dari fragmen gigi dan tulang manusia berusia 50.000 tahun yang ditemukan dalam sebuah gua di Siberia.

Menurut perkiraan terbaru, fossil tersebut memiliki nenek moyang yang sama dengan Neanderthal mungkin 765.000 tahun yang lalu. Beberapa peneliti menduga jika lebih banyak fosil jenis ini ditemukan, Denisova mungkin secara resmi diakui sebagai spesies atau subspesies – “Homo denisova”.

Baca juga: Fosil Manusia Purba di Toalean Sulawesi Ungkap Hubungan dengan Penduduk Asli Australia

5. Homo floresiensis ("hobbit")

Homo floresiensis secara ditemukan pada 2003, di pulau Flores Indonesia antara sekitar 100.000 dan 50.000 tahun yang lalu.

Homo floresiensis memiliki campuran fitur yang aneh, dengan tubuh pendek, kaki panjang yang tidak biasa, dan otak yang sangat kecil. Fitur itu mungkin tidak akan terlihat aneh pada spesies awal manusia yang berkeliaran di Afrika sekitar 2 juta tahun yang lalu (Homo habilis).

Tapi Homo floresiensis hidup hanya 50.000 tahun yang lalu, ribuan kilometer di timur Afrika. Mereka tampaknya juga berperilaku seperti manusia maju dalam hal kemampuan mengendalikan api dan memasak makanan.

Hingga kini, belum ada konsensus yang jelas tentang bagaimana Homo floresiensis cocok dengan pohon evolusi manusia.

Baca juga: Fosil Manusia Purba di Toalean Sulawesi Ungkap Hubungan dengan Penduduk Asli Australia

6. Homo naledi ("manusia bintang")

Homo naledi ditemukan pada 2013, di Afrika Selatan. Tidak ada data resmi yang diterbitkan tentang usia spesies, tetapi laporan tidak resmi menunjukkan bahwa ia hidup antara 300.000 dan 200.000 tahun yang lalu.

Homo naledi memiliki ciri-ciri campuran yang aneh, beberapa bagian kerangkanya tidak dapat dibedakan dari orang-orang yang masih hidup, sementara bagian lain tampak hampir mirip kera.

Otaknya sedikit lebih besar daripada simpanse, tetapi tampaknya mampu berperilaku seperti manusia modern yang canggih. Ada beberapa bukti bahwa spesies tersebut dengan sengaja membuang jasad kelompoknya di ruang batu.

Karena kerangkanya menunjukkan campuran aneh antara fitur modern dan kuno, masih belum jelas di mana Homo Naledi termasuk dalam pohon evolusi manusia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Genosida Armenia, Apa Itu?

Genosida Armenia, Apa Itu?

Internasional
Mengapa Persia Berubah Nama Menjadi Iran

Mengapa Persia Berubah Nama Menjadi Iran

Internasional
Sejarah Panjang Hubungan Korea Utara dan Iran

Sejarah Panjang Hubungan Korea Utara dan Iran

Internasional
Mengapa Ukraina Ingin Bergabung dengan Uni Eropa?

Mengapa Ukraina Ingin Bergabung dengan Uni Eropa?

Internasional
Siapa Kelompok-kelompok Pro-Israel di AS?

Siapa Kelompok-kelompok Pro-Israel di AS?

Internasional
Mengenal Kelompok-kelompok Pro-Palestina di AS

Mengenal Kelompok-kelompok Pro-Palestina di AS

Internasional
Secara Ekonomi, Cukup Kuatkah Iran Menghadapi Perang dengan Israel?

Secara Ekonomi, Cukup Kuatkah Iran Menghadapi Perang dengan Israel?

Internasional
Mengapa Israel Menyerang Kota Isfahan di Iran?

Mengapa Israel Menyerang Kota Isfahan di Iran?

Internasional
Apa Status Palestina di PBB?

Apa Status Palestina di PBB?

Internasional
Alasan Mogok Kerja Para Dokter di Kenya

Alasan Mogok Kerja Para Dokter di Kenya

Internasional
Posisi Yordania Terjepit Setelah Ikut Tembak Jatuh Rudal Iran

Posisi Yordania Terjepit Setelah Ikut Tembak Jatuh Rudal Iran

Internasional
Asia Tenggara Jadi Tujuan Utama Perdagangan Sampah Impor Ilegal

Asia Tenggara Jadi Tujuan Utama Perdagangan Sampah Impor Ilegal

Internasional
Junta Myanmar Dituding Pakai Warga Rohingya sebagai “Perisai Manusia”

Junta Myanmar Dituding Pakai Warga Rohingya sebagai “Perisai Manusia”

Internasional
Mengapa Banyak Sekali Tentara Rusia Tewas di Ukraina?

Mengapa Banyak Sekali Tentara Rusia Tewas di Ukraina?

Internasional
Kecerdikan dan Kegigihan Hamas dalam Memperoleh Senjata

Kecerdikan dan Kegigihan Hamas dalam Memperoleh Senjata

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com