Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Devide et Impera, Politik Adu Domba Belanda dalam Melawan Penguasa Lokal Bangsa Indonesia

Kompas.com - 21/02/2022, 19:37 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

KOMPAS.com - Strategi Belanda yang paling berhasil dalam menghadapi perlawanan dari penguasa lokal bangsa Indonesia yaitu dengan melakukan politik adu domba atau devide et impera.

Strategi yang juga dikenal sebagai politik pecah belah tersebut dipopulerkan oleh Julius Caesar dalam upaya membangun Kekaisaran Romawi.

Cara melakukan devide et impera adalah menimbulkan perpecahan di suatu wilayah, sehingga mudah untuk dikuasai.

Devide et impera artinya secara harfiah adalah "pecah dan berkuasa".

Baca juga: Kondisi Bangsa Indonesia di Masa Penjajahan Belanda

Contoh politik devide et impera di Indonesia

Dalam buku "Mohamad Isa - Pejuang Kemerdekaan yang Visioner" (2016) karya Feris Yuarsa, contoh politik devide et impera yang diterapkan di Indonesia bisa dilihat di Sumatera.

Belanda mengawalinya dengan membentuk Gerakan Daerah Istimewa Sumatra Selatan (GDISS), untuk mendirikan Negara Sumatera Selatan yang mengusung semboyan "Sumatera Selatan untuk Sumatera Selatan".

Badan tersebut dibentuk dua bulan setelah Agresi Militer 1 dan otak di belakang aksi itu adalah Dr HJ van Mook.

Ia mengembuskan isu separatis dan menghasut bahwa warga Palembang tidak suka dipimpin orang Jawa, Sumatera Utara, atau Sumatera Tengah.

Van Mook bahkan mengatakan secara terang-terangan, penduduk asli Palembang tidak akan pernah menempati posisi kunci selama orang-orang dari luar Palembang berkuasa

Hasutan Van Mook kemudian termakan oleh sebagian kecil warga Palembang yang diiming-imingi dengan berbagai kewenangan dan kekuasaan.

Kemudian dikutip dari Kompas Stori, contoh politik devide et impera lainnya adalah di Perang Makassar saat VOC menaklukkan Kesultanan Gowa dan kota Makassar pada 1669.

Konflik Kerajaan Mataram juga berbuah kesuksesan politik adu domba, karena melemahkan posisi kerajaan itu sampai terbagi menjadi empat.

Perang Saparua, Perang Padri, Perang Diponegoro atau Perang Jawa, Perang Aceh, Perang Banjar, dan Perang Jagaraga juga merupakan contoh politik devide et impera yang diterapkan di Indonesia.

Oleh karena menjadi strategi Belanda yang paling berhasil dalam menghadapi perlawanan dari penguasa lokal bangsa Indonesia, politik devide et impera mendapat perhatian khusus oleh Pemerintah Kerajaan Belanda.

Baca juga: Rata-rata 182,5 Cm, Kenapa Orang Belanda Tinggi-tinggi?

Buku "Mohamad Isa - Pejuang Kemerdekaan yang Visioner" karya Feris Yuarsa yang diterbitkan Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, bisa dibeli di Gramedia.com.

Sumber: Kompas.com (Penulis: Widya Lestari Ningsih | Editor: Nibras Nada Nailufar)

 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com