Kebijakan etis tersebut akhirnya diterapkan dengan dikeluarkannya Undang-Undang Desentralisasi pada 20 Desember 1904. Dengan tiga sektor implementasi (Konsep "trilogi" Deventer) yakni pada sektor “pendidikan”, irigasi, dan emigrasi.
Baca juga: Belanda Ganti Rugi Terhadap Pembunuhan pada Masa Kolonial di Indonesia
Pieter Brooshooft adalah seorang penulis dan jurnalis. Dia adalah salah satu pemimpin gerakan politik etis.
Pada 1887, Brooshooft berkeliling pulau Jawa. Setelah perjalanan itu, dia menuliskan situasi yang sangat menyedihkan yang terjadi di Hindia Belanda akibat sistem kerja paksa yang diterapkan Belanda.
Di antara isi tulisannya adalah harus ada partai dari Hindia Belanda agar suaranya terdengar di parlemen. Tulisan itu dilaporkan kepada 12 tokoh politik Belanda, dan ditandatangani 1255 orang.
Ia juga melampirkan bukunya “Memorie over den toestan in indie” (Catatan Situasi di Hindia Belanda), yang berisi kritik terhadap perpajakan dan sistem kota yang diterapkan di Hindia Belanda.
Pada 1904 Brooshooft kembali ke Belanda karena perjuangannya melawan pemerintah kolonial tampak buntu. Artikel terakhir yang ditulisnya berjudul “Perpisahan dengan Orang Sakit”, dimuat di surat kabar Semarang, De Locomotief, pada 31 Desember 1903.
Baca juga: Pasukan Belanda Gunakan Kekerasan Ekstrem di Indonesia
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.