Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Memahami Istilah “Bangsa Barat”, Siapa “Negara Barat” Berubah Menurut Konteksnya

Kompas.com - 09/02/2022, 07:00 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

KOMPAS.com - Istilah bangsa “Barat” atau “Dunia Barat” adalah sesuatu yang sering disebut dalam konteks politik, sejarah, dan budaya. Tapi apa sebenarnya Barat itu? Negara mana saja yang merupakan bagian dari bangsa Barat?

Secara historis, konsep Barat berasal dari Peradaban Yunani-Romawi pada zaman kuno, dan berkembang selama berabad-abad.

Mendefinisikan Barat hari ini, bisa menjadi sulit, karena definisinya dapat berubah tergantung pada konteksnya. Apa yang umumnya orang anggap sebagai Barat setelah Perang Dunia II, misalnya, berbeda dari apa yang oleh banyak orang didefinisikan sebagai dunia Barat saat ini.

Mendefinisikan Barat dalam istilah politik sangat jauh berbeda dengan mendefinisikan dunia Barat dalam istilah budaya.

Baca juga: Konflik Ukraina-Rusia, China Sebut Sanksi Barat Sepihak Tanpa Dukungan DK PBB

Konsep Sejarah "Barat"

Konsep dunia Barat lahir di Yunani kuno, khususnya pada 480-479 SM, ketika negara-negara kota Yunani kuno berperang melawan Kekaisaran Persia yang kuat di timur.

Orang Yunani menganggap diri mereka sebagai orang yang mencintai kebebasan, berbeda dengan orang Persia, yang menurut orang Yunani otoriter. Meski kalah jumlah dengan Persia, namun Orang Yunani muncul sebagai pemenang.

Sejarawan Yunani kuno Herodotus menilai kemenangan Yunani atas Persia terjadi karena “orang-orang bebas” berperang lebih baik daripada apa yang dia sebut "budak". Ide ini menjadi cikal bakal kelahiran gagasan bahwa satu-satunya kehidupan yang layak dijalani adalah kebebasan.

Dari sinilah konteks geografis Barat berperan. Bangsa Romawi menganggap diri mereka dari "occidens", yang merupakan bahasa Latin untuk matahari terbenam atau barat, sebagai lawan dari "oriens" atau orient, yang berarti terbit atau timur.

Baca juga: Bahas Rusia-Ukraina, Putin Siap Kompromi dengan Perancis tapi Masih Salahkan Barat

Kekaisaran Romawi Timur dan Barat

Konsep Barat mengambil konteks yang lebih geografis pada abad ke-4 M, ketika kaisar Romawi Kristen pertama, Konstantinus, membagi Kekaisaran Romawi antara timur dan barat.

Sekitar satu setengah abad kemudian, Kekaisaran Romawi Barat jatuh, tetapi Kekaisaran Romawi Timur, yang kemudian disebut Kekaisaran Bizantium, akan terus berlanjut selama milenium berikutnya.

Pada 1054, perpecahan antara Kekristenan di timur dan di barat memuncak. Sejak saat itu, gereja Kristen Eropa dipecah menjadi dua cabang utama: Gereja Katolik Roma di Barat dan Gereja Ortodoks Timur di Timur.

Penyebaran Kekaisaran Ottoman menimbulkan ketegangan di dunia Kristen dan juga memperkuat konsep dunia Barat.

Tiga abad kemudian, periode Renaisans dimulai di Eropa Barat. Selama waktu inilah teks-teks klasik Yunani dan Roma kuno dihidupkan kembali, termasuk gagasan tentang kebebasan mengatasi despotisme. Ide ini menyebar ke seluruh Eropa Barat.

Pada saat yang sama, orang-orang Eropa Barat melihat Kekaisaran Ottoman Muslim di timur sebagai ancaman bagi cara hidup Kristen mereka yang mencintai kebebasan. Ekspansi Kekaisaran Ottoman memotivasi para penguasa Eropa Barat untuk mencari rute perdagangan dan sumber daya baru.

Maka dimulailah Zaman Penjelajahan, juga dikenal sebagai Zaman Penemuan, ketika apa yang disebut Peradaban Barat akan meluas ke luar Eropa ke berbagai belahan dunia.

Baca juga: Pentagon Peringatkan Munculnya Pemimpin Baru ISIS, Akan Ancam Negara Barat hingga AS

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com