Pada gilirannya semua itu menyebabkan lebih banyak nutrisi mengalir dari darat ke lautan, dan memicu pertumbuhan alga. Kondisi tersebut juga menyebabkan pembentukan “zona mati” di perairan Bumi, karena ketika alga mati dia menghilangkan oksigen dari lautan.
Para ilmuwan mengatakan tidak hanya tanaman yang disalahkan atas Peristiwa Kellwasser, tetapi juga penyebaran pohon yang menyedot karbon dioksida dari atmosfer dan menyebabkan pendinginan global.
Baca juga: Mega-Asteroid Dua Kali Ukuran Big Ben Diperkirakan akan Tabrak Orbit Bumi
Kepunahan massal Permian Akhir ini adalah peristiwa terbesar yang pernah dihadapi Bumi dan yang paling memengaruhi ekologi planet kita.
Bencana yang terjadi pada 252 juta tahun yang lalu ini menyebabkan 97 persen spesies di masa itu hanya meninggalkan jejak fosil dan menghilang selamanya.
Semua kehidupan di Bumi saat itu turun, hanya tersisa 10 persen hewan, tumbuhan, dan mikroba yang selamat dari kepunahan massal Permian.
Sebelumnya, diyakini letusan besar menyelimuti Bumi dalam kabut asap tebal, dan menghalangi sinar matahari mencapai permukaan planet.
Namun, temuan baru menunjukkan letusan gunung berapi besar yang berlangsung selama hampir satu juta tahun melepaskan reservoir besar bahan kimia mematikan ke atmosfer hingga merusak lapisan ozon Bumi.
Rusaknya satu-satunya perlindungan yang dimiliki bumi terhadap sinar UV matahari yang mematikan, menyebabkan jumlah kematian meroket di antara organisme hidup.
Setelah pulih dari “Kematian Massal”, kehidupan kembali berkembang dan beragam di bumi. Namun kemunduran lainnya terjadi sekitar 201 juta tahun yang lalu.
Kali ini, hingga 80 persen dari semua spesies darat dan laut musnah, sebagian besar karena pengasaman lautan Trias.
Pada akhir periode itu, Bumi menghangat rata-rata antara minus 15 hingga minus 5 derajat Celsius. Penyebabnya diyakini karena sejumlah besar gas rumah kaca terdorong ke atmosfer oleh bagian Magmatik Atlantik Tengah, yang memiliki volume lavanya yang sangat besar.
NEW: PhD opportunity in deep-sea minerals.
— Bramley Murton (@bramatsea) January 2, 2021
"Testing the links between magmatic, tectonic and climate controls on hydrothermal activity at the Mid-Atlantic Ridge"https://t.co/AIlJUi5mki pic.twitter.com/ZIdbE5TBeU
Peningkatan karbon dioksida ini mengasamkan lautan dan mempersulit makhluk laut untuk membangun cangkangnya dari kalsium karbonat. Tapi kondisi itu juga menyebabkan banyak buaya, vertebrata dominan pada saat itu, mati.
Dinosaurus paling awal kemudian mulai bermunculan di seluruh dunia dan dengan cepat terdiversifikasi.
Baca juga: Rusak dan Rapuh, Astronot Perancis Sedih Lihat Kondisi Bumi dari Luar Angkasa
Kepunahan adalah bagian dari kehidupan. Sekitar 98 persen dari semua organisme yang pernah ada di planet bumi telah menghilang selama sejarah Bumi.
Namun, tidak ada bencana kepunahan massal yang lebih terkenal dari akhir masa kehidupan dinosaurus 66 juta tahun yang lalu.
Asteroid Chicxulub, yang lebarnya sekitar 12 km, menabrak Bumi di perairan yang sekarang menjadi Semenanjung Yucatan di Meksiko dengan kecepatan 45.000 mil per jam.
Tidak hanya meninggalkan kawah dengan lebar lebih dari 120 mil, tabrakan Asteroid itu juga menyebabkan tsunami besar dan memicu kebakaran hutan di daratan mana pun dalam jarak 900 mil dari wilayah dampak.
Debu dan puing-puing yang meletus ke atmosfer juga menyebabkan pendinginan global dan merusak ekosistem. Bencana ini menyebabkan hilangnya sekitar 76 persen spesies dunia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.The Chicxulub asteroid that hit Earth 65 million years ago raised global temperatures by 5°C—and it took 100,000 years for them to come back down, a new study suggests: ($) https://t.co/BhOh8tRlB2 pic.twitter.com/vLGzxtZMHE
— Science Magazine (@ScienceMagazine) May 24, 2018