Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Gajah Perang: "Tank" Terbaik pada Zamannya dan Karakter Bertarungnya

Kompas.com - 11/01/2022, 19:00 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Kekalahan melawan Pyrrhus dari Epirus Yunani membuat tentara Romawi belajar cara mengalahkan gajah perang.

Taktik utama yang dirancang oleh orang Romawi adalah beralih dari sekelompok tentara ke senjata ringan seperti lembing.

"Mereka dapat menggunakan senjata itu untuk membunuh pawang, pengemudi gajah, atau membuat gajah panik dan membuatnya bergerak ke arah lain," kata Profesor Devereaux.

Prajurit yang menyerang kaki dan lutut gajah dengan kapak adalah taktik Romawi lainnya yang sukses.

"Sekali lagi, Anda tidak harus bertujuan membunuh gajah, Anda bertujuan membuatnya cukup kesakitan dan tertekan sehingga dia mengamuk dan melarikan diri."

Tentara kuno pun menyadari relatif mudah untuk membuat gajah perang panik. Mereka menikam gajah dengan tombak, terutama di kakinya yang biasanya tanpa baju besi.

Mereka memotong belalai gajah atau membuat suara keras. Gajah yang kesakitan dan terluka akan melarikan diri dan menginjak-injak unit mereka sendiri.

Baca juga: Kronologi Penyebab Perang Saudara China

Taktik lain adalah membuat jalur dalam formasi. Akibatnya, gajah perang yang berusaha menghindari kontak dengan tentara biasanya lewat begitu saja.

Taktik tersebut digunakan oleh Scipio Africanus melawan Hannibal pada Pertempuran Zama tahun 202 SM. Itu adalah salah satu alasan mengapa Scipio mengalahkan Hannibal.

Namun, taktik yang paling tidak biasa adalah penggunaan hewan berkaki empat lainnya yaitu babi perang. Tentara zaman kuno mengetahui bahwa gajah takut pada jeritan babi yang melengking.

Untuk memastikan babi perang cukup memekik, mereka melapisinya dengan tar, resin, atau minyak dan membakarnya sebelum mengirimnya ke gajah musuh. Babi hanya bisa dibakar sekali dan mereka tidak bertahan lama.

Sulitnya merawat gajah perang

Masalah besar lainnya dengan gajah perang adalah betapa mahal biaya pemeliharaannya.

"Jika Anda akan membawa banyak gajah ke medan perang untuk melakukan sesuatu bagi Anda, Anda tidak bisa membawanya begitu saja, karena mereka benar-benar makan satu ton," kata Profesor Devereaux.

Susah juga membiakkan gajah perang, sehingga tentara lebih baik menangkap dan melatih gajah jantan dewasa, dan lagi-lagi itu bukan hal yang mudah.

"Semakin jauh Anda dari India, semakin mahal dan sulit mereka," kata Profesor Devereaux.

Tak lama setelah penemuan bubuk mesiu dan meriam, penggunaan gajah perang menjadi terbatas pada pertempuran di medan berbukit yang sulit dan sebagai alat transportasi bahan perang.

Penggunaan gajah perang terakhir yang tercatat di medan tempur adalah pada 1987 di Irak saat Perang Iran-Irak.

Baca juga: Kenapa Rusia dan Ukraina Perang, Termasuk Berebut Crimea?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com