Terlepas dari kemajuan Houthi, pemerintah mengeklaim yakin bahwa kota itu tidak akan jatuh ke tangan pemberontak.
Pasukan pemerintah menggali terowongan di sekitar kota untuk memberikan perlindungan lebih lanjut, kata pejabat militer.
"Marib telah melawan dan akan terus melawan," kata gubernur provinsi itu, Sultan Al Arada, kepada media setempat.
"Marib, dengan bantuan koalisi, akan melawan serangan ini."
Namun, jika Houthi mengambil Marib, mereka akan menguasai utara dan bisa maju dan merebut provinsi lain.
Situasi itu juga akan memberi mereka pengaruh yang signifikan dalam setiap negosiasi dengan pemerintah.
Houthi memiliki alasan militer untuk merebut Marib, tetapi ini juga tentang kebanggaan dan citra, kata salah satu dari dua pejabat militer Yaman.
"Mereka akan melanjutkan tidak peduli berapa banyak milisi mereka yang tewas," kata pejabat itu.
Baca juga: Perang Saudara AS Berawal dan Berakhir di Rumah yang Sama
Saat Perang Yaman berkecamuk, warga sipil terjebak dalam baku tembak, banyak korban berjatuhan. Ribuan orang juga terpaksa meninggalkan rumah mereka.
Pada Oktober 2021, sedikitnya 22 orang tewas ketika sebuah rudal Houthi menghantam masjid di selatan kota, dan 13 lainnya tewas ketika rudal menghancurkan rumah seorang pemimpin suku di daerah yang sama.
Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan memperingatkan, "Meningkatnya pertempuran sejak awal September (menyebabkan) korban sipil, pengungsian baru, dan semakin membatasi pergerakan warga sipil."
Sekitar 40.000 orang terpaksa mengungsi sejak September akibat Perang Yaman, kata juru bicara badan pengungsi PBB Shabia Mantoo.
Baca juga: Kenapa Rusia dan Ukraina Perang, Termasuk Berebut Crimea?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.