Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

6 Olimpiade yang Pernah Diboikot, Indonesia Sempat Terlibat

Kompas.com - 08/12/2021, 09:04 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Sumber History

KOMPAS.com – Amerika Serikat (AS) secara resmi mengumumkan boikot diplomatik terhadap perhelatan Olimpiade Musim Dingin Beijing 2022.

Boikot diplomatik berarti para pejabat AS termasuk presiden tidak akan datang ke Olimpiade Beijing 2022.

Kendati demikian, boikot penuh tidak diterapkan Washington dan para atlet AS tetap bisa bertanding dalam pesta olahraga akbar tersebut.

Sepanjang sejarahnya, History mencatat ada enam perhelatan Olimpiade yang pernah diboikot oleh sejumlah negara secara penuh.

Melansir History, berikut enam Olimpiade yang pernah diboikot oleh sejumlah negara di dunia.

Baca juga: Etnis Uighur Gembira AS Boikot Diplomatik Olimpiade Beijing 2022

1. Olimpiade Melbourne 1956

Pada 1956, ketika Australia akhirnya petama kali menjadi tuan rumah Olimpiade, banyak negara yang memboikot pesta olahraga tersebut karena berbagai alasan politik.

Negara-negara yang memboikot Olimpiade Melbourne 1956 adalah China, Mesir, Irak, Lebanon, Belanda, Spanyol, dan Swiss.

Kurang dari sebulan sebelum upacara pembukaan Olimpiade Melbourne 1956, Uni Soviet menyerbu Hongaria untuk menghentikan Revolusi Hongaria yang melawan rezim Komunis.

Sebagai protes invasi tersebut, Belanda, Spanyol, dan Swiss menolak untuk berpartisipasi dalam Olimpiade Melbourne 1956.

Sementara itu, Republik Rakyat China juga mundur karena Taiwan, yang dianggapnya sebagai provinsi yang memisahkan diri, diizinkan untuk berpartisipasi sebagai negara yang terpisah.

Akhirnya, Mesir, Irak, dan Lebanon memboikot Olimpiade Melbourne 1956 karena Krisis Terusan Suez menyusul invasi Inggris-Israel-Perancis ke Mesir untuk menguasai jalur air strategis tersebut.

Baca juga: 6 Insiden Perang Dingin yang Nyaris Jadi Perang Dunia III

2. Olimpiade Tokyo 1964

China, Korea Utara, dan Indonesia memilih untuk memboikot Olimpiade Tokyo 1964 di Jepang, Olimpiade pertama yang digelar di Asia.

Boikot yang melibatkan China, Korea Utara, dan Indonesia tersebut diumumkan setelah Komite Olimpiade Internasional (IOC) menyatakan akan mendiskualifikasi atlet yang berkompetisi di Games of the New Emerging Forces (Ganefo) di Jakarta pada 1963.

Ganefo dibuat oleh Presiden Soekarno sebagai alternatif multinasional dan sebagai tandingan terhadap Olimpiade untuk menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia adalah negara yang besar.

Negara-negara yang memboikot Olimpiade Tokyo 1964 sebelumnya mengirimkan banyak atlet papan atas mereka ke Ganefo di Jakarta.

Selain diboikot oleh sejumlah negara, Olimpiade Tokyo 1964 juga merupakan tahun pertama Afrika Selatan yang dilarang berpartisipasi dalam Olimpiade karena apartheid.

Larangan tersebut berlanjut hingga 1992.

Baca juga: 6 Tokoh Perintis Penerbangan Dunia

3. Olimpiade Montreal 1976

Lebih dari 20 negara yang mana sebagian besar di antaranya adalah negara-negara Afrika memboikot perhelatan Olimpiade Montreal 1976 di Kanada.

Awalnya, tim rugby nasional Selandia Baru menentang embargo olahraga internasional terhadap Afrika Selatan dan melakukan tur ke Afrika Selatan pada awal 1976.

Langkah tersebut diikuti oleh 28 negara Afrika dengan menyatakan boikot terhadap Olimpiade Montreal 1976.

Dipimpin oleh Tanzania, boikot itu melibatkan lebih dari 400 atlet.

Dalam aksi terpisah, Taiwan menarik diri dari Olimpiade ketika Kanada menolak untuk membiarkan tim Taiwan berkompetisi sebagai Republik China.

Baca juga: 6 Senjata Mematikan dalam Perang Salib dari Gada hingga Pedang

4. Olimpiade Moskwa 1980

Dengan alasan memprotes invasi Uni Soviet ke Afghanistan pada 1979, lebih dari 60 negara menolak mengikuti Olimpiade Moskwa 1980.

Dipimpin oleh AS, aksi boikot tersebut mencakup Kanada, Israel, Jepang, China, Jerman Barat, serta sebagian besar negara Islam.

Beberapa negara tidak melarang atlet untuk bersaing sebagai individu di bawah bendera Olimpiade.

Namun, hal tersebut tidak berlaku untuk atlet AS. Atlet dari “Negeri Paman Sam” yang mencoba nekat mengikuti Olimpiade Moskwa 1980 terancam kehilangan paspor mereka.

Beberapa atlet AS menggugat Komite Olimpiade AS. Namun, mereka kalah dalam kasus tersebut.

Karena boikot besar-besaran itu, hanya 80 negara yang berkompetisi di Olimpiade Moskwa 1980, jumlah yang paling sedikit sejak 1956.

Baca juga: 5 Fakta Unik Tesla, Salah Satunya Elon Musk Bukanlah Pendiri

5. Olimpiade Los Angeles 1984

Sebagai pembalasan atas boikot Olimpiade Moskwa 1980 yang dipimpin AS, Uni Soviet bersama 14 negara lain memboikot Olimpiade Los Angeles 1984 di AS.

Uni Soviet menyebut, jika mereka tetap mengikuti Olimpiade Los Angeles 1984, para atlet dikhawatirkan dapat serangan fisik di AS.

“Sentimen chauvinistik dan histeria anti-Soviet sedang dikocok di negara ini,” bunyi pernyataan Pemerintah Uni Soviet kala itu.

Dan karena Uni Soviet tidak bertanding dalam Olimpiade tersebut, AS dengan mudah keluar sebagai juara umum, termasuk mencatat rekor menyabet 83 medali emas.

Baca juga: 5 Senjata Nuklir Mematikan Era Perang Dingin

6. Olimpiade Seoul 1988

Marah karena tidak diizinkan menjadi tuan rumah bersama dalam Olimpiade 1988 dengan Korea Selatan, Korea Utara memboikot Olimpiade Seoul 1988.

Di sisi lain, Uni Soviet menerima undangan IOC untuk dalam Olimpiade Seoul 1988, bersama dengan China dan negara-negara Blok Timur.

Hanya Kuba, Etiopia, dan Nikaragua yang bergabung dengan Korea Utara dalam boikot terhadap Olimpiade Seoul 1988.

Olimpiade Seoul 1988 juga merupakan Olimpiade terakhir yang dihelat era Perang Dingin.

Meski diboikot sejumlah negara, Olimpiade Seoul 1988 membuat rekor baru untuk jumlah negara (159) dan atlet (8.000) yang berpartisipasi.

Baca juga: 5 PLTU Batu Bara Terbesar di Dunia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber History
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com