KOMPAS.com – Amerika Serikat (AS) secara resmi mengumumkan boikot diplomatik terhadap perhelatan Olimpiade Musim Dingin Beijing 2022.
Boikot diplomatik berarti para pejabat AS termasuk presiden tidak akan datang ke Olimpiade Beijing 2022.
Kendati demikian, boikot penuh tidak diterapkan Washington dan para atlet AS tetap bisa bertanding dalam pesta olahraga akbar tersebut.
Sepanjang sejarahnya, History mencatat ada enam perhelatan Olimpiade yang pernah diboikot oleh sejumlah negara secara penuh.
Melansir History, berikut enam Olimpiade yang pernah diboikot oleh sejumlah negara di dunia.
Baca juga: Etnis Uighur Gembira AS Boikot Diplomatik Olimpiade Beijing 2022
Pada 1956, ketika Australia akhirnya petama kali menjadi tuan rumah Olimpiade, banyak negara yang memboikot pesta olahraga tersebut karena berbagai alasan politik.
Negara-negara yang memboikot Olimpiade Melbourne 1956 adalah China, Mesir, Irak, Lebanon, Belanda, Spanyol, dan Swiss.
Kurang dari sebulan sebelum upacara pembukaan Olimpiade Melbourne 1956, Uni Soviet menyerbu Hongaria untuk menghentikan Revolusi Hongaria yang melawan rezim Komunis.
Sebagai protes invasi tersebut, Belanda, Spanyol, dan Swiss menolak untuk berpartisipasi dalam Olimpiade Melbourne 1956.
Sementara itu, Republik Rakyat China juga mundur karena Taiwan, yang dianggapnya sebagai provinsi yang memisahkan diri, diizinkan untuk berpartisipasi sebagai negara yang terpisah.
Akhirnya, Mesir, Irak, dan Lebanon memboikot Olimpiade Melbourne 1956 karena Krisis Terusan Suez menyusul invasi Inggris-Israel-Perancis ke Mesir untuk menguasai jalur air strategis tersebut.
Baca juga: 6 Insiden Perang Dingin yang Nyaris Jadi Perang Dunia III
China, Korea Utara, dan Indonesia memilih untuk memboikot Olimpiade Tokyo 1964 di Jepang, Olimpiade pertama yang digelar di Asia.
Boikot yang melibatkan China, Korea Utara, dan Indonesia tersebut diumumkan setelah Komite Olimpiade Internasional (IOC) menyatakan akan mendiskualifikasi atlet yang berkompetisi di Games of the New Emerging Forces (Ganefo) di Jakarta pada 1963.
Ganefo dibuat oleh Presiden Soekarno sebagai alternatif multinasional dan sebagai tandingan terhadap Olimpiade untuk menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia adalah negara yang besar.
Negara-negara yang memboikot Olimpiade Tokyo 1964 sebelumnya mengirimkan banyak atlet papan atas mereka ke Ganefo di Jakarta.