Selanjutnya, Eden bertanggung jawab untuk menjaga hubungan baik dengan pemimpin Perancis, Charles de Gaulle.
Namun, ia bukan pendukung yang berkomitmen untuk menjaga hubungan secara aktif dengan Amerika Serikat, karena ia kecewa dengan perlakuan sekutu Inggrisnya itu.
Baca juga: Diplomat Veteran Utusan AS untuk Negosiasi Damai dengan Taliban Mengundurkan Diri
Yakov Malik adalah diplomat paling berpengaruh dari Uni Soviet. Malik terkenal sebagai diplomat karena menandatangani perjanjian diakhirinya Blokade Berlin dengan Philip Jessup pada 1949.
Namanya juga dikenal dengan Resolusi 82 Dewan Keamanan (DK) PBB pada 1950. Yakov Malik memboikot pertemuan DK PBB pada 1950 karena Uni Soviet tidak mau perwakilan Nasionalis China untuk hadir.
Hasil dari tindakan tersebut adalah tuntutan menghentikan invasi Korea Utara di Korea Selatan. Pada 1951, Yakov Malik mengusulkan gencatan senjata dalam kasus perang Korea.
Malik selanjutnya mewakili pendapat Soviet, yang berisi tentang pendudukan Cekoslowakia pada 1968 dan memveto hampir setiap resolusi yang berhubungan dengan itu.
Boutros Boutros-Ghali adalah diplomat paling berpengaruh dari Mesir pada abad ke-20.
Namanya dikenal saat menjadi anggota Komite Sentral Uni Sosialis Arab antara tahun 1974 dan 1977. Ia kemudian menjadi anggota Komisi Hukum Internasional dari 1979 hingga 1991.
Boutros-Ghali mengambil bagian sebagai dalam diplomasi Kesepakatan Camp David pada tahun 1978.
Ia juga aktif menghadiri sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada 1979, 1982 dan 1990.
Selanjutnya, Boutros-Ghali menjabat sebagai Menteri Luar Negeri Mesir sampai tahun 1991.
Pada 1992, Boutros Boutros-Ghali menjadi Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ke-6.
Pada tahun yang sama, ia mengajukan "An Agenda for Peace", yang merupakan saran tentang bagaimana PBB menanggapi konflik kekerasan.
Diplomat Mesir ini menetapkan 3 tujuan dalam PBB, yaitu agar PBB lebih aktif dalam mempromosikan demokrasi; melakukan diplomasi preventif untuk mencegah krisis; dan memperluas peran PBB sebagai penjaga perdamaian.
Nama Boutros-Ghali kemudian menjadi sorotan tajam sehubungan dengan genosida Rwanda pada 1994.
Dia menerima banyak kritik atas tragedi tersebut, karena PBB tampak pasif bahkan ketika banyak tanda-tanda yang memperjelas, bahwa genosida sedang terjadi di Rwanda, terhadap penduduk Tutsi dan Hutu.
Dia terlibat dalam situasi serupa sehubungan dengan Perang Saudara Somalia, di mana pasukan penjaga perdamaian PBB tidak dikirim ke tempat tersebut tepat waktu.
Boutros-Ghali juga dikritik terkait perang Yugoslavia setelah disintegrasi terjadi di negara tersebut.
Di Bosnia, PBB tidak cukup efektif, sehingga intervensi NATO diperlukan pada tahun 1995.
Setelah rentetan peristiwa ini, Boutros Boutros-Ghali mencalonkan diri untuk masa jabatan kedua pada 1996, tetapi menerima veto Amerika.
Baca juga: Diplomat Afghanistan Serukan Dunia Jangan Akui Pemerintah Bentukan Taliban
Javier Perez de Cuellar adalah diplomat paling berpengaruh dari Peru. Ia bekerja di Kementerian Luar Negeri Peru pada 1940.
Setelah itu, ia sempat menjabat sebagai Sekretaris di kedutaan Peru di Perancis, di Inggris, Bolivia, dan Brasil. Lalu, menjadi duta besar untuk Swiss, Uni Soviet, Polandia, dan Venezuela.
Pada 1973 dan 1974, de Cuéllar mewakili Peru di Dewan Keamanan (DK) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Kemudian, pada 1979 ia mendapat posisi Wakil Sekretaris Jenderal PBB untuk Urusan Politik Khusus.
Sejak 1981, Javier Perez de Cuellarmengambil bagian dalam negosiasi mengenai situasi di Afghanistan.
De Cuéllar memimpin diplomasi mediasi sehubungan dengan Perang Falklands dan mendukung perdamaian di Amerika Tengah.
Ia terlibat serta dalam negosiasi untuk kemerdekaan Namibia, sehubungan dengan konflik antara Maroko dan Front Polisario, masalah Siprus dan perang antara pasukan Kroasia, Serbia dan Yugoslavia.