Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Akhir dari Perang Saudara China dan Sejarah Berdirinya Taiwan

Kompas.com - 30/11/2021, 11:43 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Dikutip dari Encyclopaedia Britannica, kekalahan Jepang memicu persaingan antara Nasionalis Kuomintang dan Komunis untuk mengendalikan sumber daya vital, serta pusat populasi di China utara juga Manchuria.

Pasukan nasionalis yang menggunakan fasilitas transportasi militer AS, mampu mengambil alih kota-kota utama dan sebagian besar jalur kereta api di China Timur dan Utara.

Sementara itu, pasukan Komunis menduduki sebagian besar pedalaman di utara dan di Manchuria.

Nasionalis dan Komunis sempat akan berdamai sebelum penyerahan Jepang diselesaikan.

Pemimpin Nasionalis Chiang Kai-shek mengeluarkan serangkaian undangan kepada pemimpin Komunis Mao Zedong untuk bertemu dengannya di Chongqing, guna membahas penyatuan kembali dan pembangunan kembali negara itu.

Pada 28 Agustus 1945, Mao ditemani oleh Duta Besar Amerika Patrick Hurley tiba di Chongqing.

Tanggal 10 Oktober 1945, kedua pihak mengumumkan bahwa mereka pada prinsipnya telah mencapai kesepakatan memperjuangkan China yang bersatu dan demokratis.

Sepasang komite akan dibentuk untuk menangani isu-isu militer dan politik yang belum diselesaikan oleh kesepakatan kerangka awal, tetapi pertempuran serius antara pemerintah dan pasukan Komunis pecah sebelum badan-badan itu dapat bertemu.

Penarikan pasukan pendudukan Soviet pada Maret–April 1946 juga memicu perebutan wilayah.

Pasukan nasionalis menduduki Mukden (Shenyang) pada 12 Maret, sementara Komunis mengonsolidasikan cengkeraman mereka di seluruh Manchuria utara.

Pasukan Nasionalis Kuomintang (KMT) yang dipimpin Chiang Kai-shek pada akhirnya dipukul mundur oleh tentara Komunis arahan Mao Zedong.

Baca juga: Berdirinya Republik Rakyat China dan Peran Besar Mao Zedong

Chiang dan sisa pemerintahannya lalu melarikan diri ke Taiwan pada 1949. Kelompok ini kemudian berkembang menjadi 1,5 juta orang, mendominasi politik Taiwan selama bertahun-tahun, meskipun mereka hanya menyumbang 14 persen populasi.

Putra Chiang Kai-shek, Chiang Ching-kuo, mulai mengizinkan proses demokratisasi setelah menghadapi perlawanan dari masyarakat lokal yang membenci pemerintahan otoriter, dan di bawah tekanan dari gerakan demokrasi yang semakin berkembang.

Presiden Lee Teng-hui, yang dikenal sebagai Bapak Demokrasi Taiwan, memimpin perubahan konstitusional menuju politik yang lebih demokratis, dan akhirnya mengarah pada terpilihnya presiden non-KMT pertama di pulau itu, Chen Shui-bian, tahun 2000.

Negara-negara yang mengakui Taiwan

Foto pada 19 Januari 2021 memperlihatkan seorang tentara memegang bendera Taiwan dalam latihan militer untuk menangkal serangan China, di Hsinchu, utara Taiwan.AP PHOTO/CHIANG YING-YING Foto pada 19 Januari 2021 memperlihatkan seorang tentara memegang bendera Taiwan dalam latihan militer untuk menangkal serangan China, di Hsinchu, utara Taiwan.
Ada ketidaksepakatan dan kebingungan tentang status Taiwan, apakah termasuk negara atau wilayah.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com