Pada akhirnya, proyek Zionis berhasil karena kengerian global dalam menanggapi Holocaust.
Pada November 1947, Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengeluarkan Resolusi 181 atau Rencana Pembagian Palestina, membagi tanah menjadi "Negara Arab dan Yahudi Merdeka".
Resolusi 181 itu langsung mendapat penolakan orang Arab.
Pada 14 Mei 1948, para pemimpin Zionis mendeklarasikan berdirinya negara Israel.
Baca juga: Profil Naftali Bennett, Perdana Menteri Israel yang Baru, Kerap Serukan Caplok Tepi Barat
Negara Yahudi yang baru itu segera diserbu oleh tentara beberapa negara Arab, bersama militan Palestina.
Dalam pertempuran itu Palestina telah kehilangan hampir empat perlima wilayah dari jatah PBB mereka.
Tujuh ratus ribu dari warga Palestina telah diusir dari rumah mereka, tanpa hak untuk kembali hingga hari ini.
Bagi orang Yahudi Israel, ini dikenal sebagai “Perang Kemerdekaan”. Bagi orang Palestina, itu adalah al-Nakba atau Bencana.
Pada 15 November 1988, Dewan Nasional Palestina mengeluarkan deklarasi kemerdekaan, yang diakui sebulan kemudian oleh Majelis Umum PBB.
Sekitar tiga perempat dari keanggotaan PBB sekarang menerima status negara Palestina, sebagai pengamat non-anggota.
Sementara itu, perang antara negara Israel dan Palestina terus berlanjut hingga hari ini memperebutkan wilayah yang diklaim masing-masing.
Sepanjang konflik Israel-Palestina, lebih banyak orang Palestina daripada orang Yahudi Israel yang terbunuh dan terluka, sebagian karena kemampuan militer Israel yang canggih.
Baca juga: Kisah Perang Arab-Israel I, Awal Mula Israel Menyerang Palestina
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.