Dalam Konsep Strategis baru yang diadopsi di Lisabon, Portugal, pada November 2010, NATO berkomitmen untuk mewujudkan dunia tanpa senjata nuklir.
NATO berjanji untuk berkontribusi pada upaya internasional untuk memerangi proliferasi.
Namun, NATO menegaskan bahawa pihakny masih akan mempertahankan kekuatan nuklirnya selama masih ada senjata nuklir lain di dunia.
Para angota NATO menekankan bahwa keamanan akan diupayakan pada tingkat kekuatan serendah mungkin.
Mereka juga mengumumkan pengurangan ketergantungan pada senjata nuklir dalam strategi NATO, termasuk pengurangan lanjutan jumlah senjata nuklir yang ditempatkan di Eropa.
Baca juga: NATO Buat Strategi Pertahanan Lawan Serangan Potensial Rusia
Keamanan kolektif yang diberikan oleh postur nuklir NATO dibagi di antara semua anggota Aliansi, di mana pencegahan tetap menjadi elemen inti sebagaimana dilaporkan Nuclear Threat Initiative (NTI).
“Jaminan tertinggi” keamanan dijamin oleh kekuatan nuklir strategis NATO, khususnya kekuatan AS.
Sementara kekuatan nuklir strategis Inggris dan Perancis berkontribusi pada pencegahan dan keamanan NATO secara keseluruhan.
Perencanaan pertahanan kolektif tentang peran nuklir diputuskan secara kolektif dengan “partisipasi seluas mungkin” dari anggota NATO.
Baca juga: NATO Terancam Melemah atas Kesepakatan Kapal Selam Amerika Serikat dan Australia
SIPRI melaporkan, pada 2021 AS memiliki 5.550 hulu ledak nuklir. Selain AS, anggota NATO lain yang memiliki hulu ledak nuklir adalah Perancis dan Inggris.
Inggris pada 2021 memiliki 225 hulu ledak nuklir. Pada 2010, Pemerintah Inggris menyatakan bahwa persediaan senjata nuklirnya tidak akan melebihi 225 hulu ledak.
Sementara itu Perancis memiliki 290 hulu ledak nuklir. Itu berarti, jumlah hulu ledak nuklir yang dimiliki negara anggota NATO adalah sebanyak 6.065 hulu ledak pada 2021.
NATO memungkinkan negara-negara anggotanya mencapai tujuan keamanan nasional yang esensial tanpa melanggar kedaulatan nasional melalui sejumlah organ seperti Nuclear Planning Group (NPG).
NPG menjalankan otoritas tertinggi pada kebijakan nuklir di internal NATO. Diskusinya mencakup berbagai masalah kebijakan nuklir, termasuk keprihatinan bersama mengenai pengendalian senjata nuklir dan proliferasi nuklir.
Baca juga: Mantan Sekjen NATO: Kesepakatan Trump dengan Taliban adalah Malapetaka
Ini memungkinkan negara-negara anggota terlepas dari status senjata nuklirnya untuk berpartisipasi dalam peninjauan dan modifikasi postur nuklir NATO ketika tantangan keamanan bergeser di lingkungan internasional.